Pada kebanyakan orang berkecenderungan membuat rumah burung walet di daerah yang ketinggiannya kurang dari 400 meter di atas permukaan laut (dpl). Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa mikro klimat rumah burung walet yang ideal adalah berkisar suhu udara antara 26 - 29 derajat Celcius dan kelembaban antara 80 sampai dengan 95%, sehingga lokasi yang ideal untuk rumah burung walet adalah di dataran rendah sampai dengan 400 meter dpl.
Pada daerah dataran tinggi, misalnya 600 meter dpl, suhu udara luar berkisar antara 16 sampai dengan 22 derajat Celcius, dengan kelembaban udara antara 60% sampai dengan 70%. Melihat kondisi ini, maka daerah dataran tinggi (di atas 400 meter dpl) tidak ideal bagi perkembangan burung walet. Namun, seperti di Benteng Pendem, Ambarawa, Jawa Tengah, yang dihuni burung walet, terletak di 600 meter dpl setiap panennya menghasilkan sarang burung walet +/- 40 kg, hal ini disebabkan karena dinding Benteng Pendem ini tebalnya 80 cm sehingga suhu udara di dalam Benteng Pendem ini lebih hangat dibandingkan suhu udara luar.
Membudidayakan burung walet di dataran tinggi mempunyai keuntungan, karena di dataran tinggi masih banyak lahan pertanian dan perkebunan sehingga serangga yang merupakan pakan burung walet lebih banyak tersedia. Dengan tersedianya pakan tersebut, maka burung walet tidak perlu terbang jauh untuk mencari makan.
Suhu dan Kelembapan
Kendala yang dihadapi dalam membudidayakan burung walet di dataran tinggi adalah suhu dan kelembapan udara. Suhu dan kelembapan yang rendah membuat perkembangbiakan burung walet lebih lambat. Kelembapan udara dapat ditingkatkan dengan membuat kolam yang diisi air. Air di kolam ini selain berfungsi untuk meningkatkan kelembapan udara, juga berfungsi sebagai stabilisator suhu udara dan menjaga agar kelembaban udara relatif stabil.
Agar suhu udara di dalam rumah burung walet relatif stabil, maka RBW di dataran tinggi sebaiknya tidak banyak lubang ventilasi udara. Untuk setiap ukuran 4 m x 4 m, cukup 1 lubang ventilasi udara atas dan tidak diperlukan lubang ventilasi bawah.
Dan perlu diketahui bahwa suhu udara dan kelembapan udara tidak hanya berkaitan dengan kualitas sarang walet tetapi juga berkaitan dengan daya tetas telur. Suhu dan kelembapan udara yang rendah akan mengurangi daya tetas telur. Oleh karena itu, di datran tinggi perkembangbiakan burung walet akan lebih pesat di musim kemarau dibandingkan di musim hujan, untuk itu pola panen rampasan yang biasanya dilakukan pada atau menjelang musim kemarau di dataran rendah tidak dapat diterapkan begitu saja di dataran rendah.
Yang menjadi permasalahan, di dataran tinggi populasi walet masih sedikit, yang banyak justru burung sriti. Bila di RBW sudah ada burung sriti maka harus dilakukan putar telur dan pergunakan suara walet agar burung walet tetasan tetap kembali ke RBW kita dan yang penting mikro klimat yaitu suhu dan kelembapan udara dibuat semirip mungkin dengan habitat burung walet. Selain itu ketersediaan pakan juga merupakan salah satu kunci agar burung walet betah tinggal di dataran tinggi yang dingin dan kering.
Jika global warming terus terjadi dan menyempitnya lahan persawahan dan ladang, maka tidaklah mustahil bila 2 - 3 tahun mendatang kawasan dataran tinggi yang semula banyak dihuni oleh sriti akan menjadi daerah walet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar