Selama 2 tahun rumah walet di Mojokerto, Jawa Timur, itu kosong melompong. Padahal, persyaratan lingkungan makro dan mikro-kelembapan, suhu, pencahayaan-dipenuhi. 'Sudah dipancing pakai air bekas cucian sarang, tapi nihil,' ujar BM Wawan. Namun, baru seminggu memakai ramuan pemikat walet dengan campuran rumput laut, suara cericit si liur emas itu mulai terdengar di dalam rumah. Air cucian sarang hanya satu dari sekian cara yang pernah diupayakan BM Wawan untuk memikat walet. Pengusaha kelontong di Surabaya itu pernah pula mengoleskan telur bebek ke dinding. Bahkan menebar air kotoran walet ke lantai rumah walet. 'Itu sudah dikombinasi dengan CD player untuk mengundang walet,' ujarnya. Namun, segala upaya itu belum menuai hasil. Titik terang muncul setelah Wawan menggunakan ramuan campuran sarang walet dan rumput laut. Kombinasi bau amis keduanya mujarab memancing walet masuk. Tak perlu disemprotkan ke dinding, ramuan itu hanya dioleskan memakai kuas pada lagur. 'Seminggu setelah dioleskan ada walet yang masuk,' katanya. Bahkan saat dicoba pada bangunan walet lain miliknya, walet masuk dalam tempo 3 hari. Rumput laut Menurut Agung Santoso, peternak di Mojokerto, rumput laut dapat menghasilkan bau amis yang tidak membuat walet pergi. 'Bau amisnya tidak keras, tapi bisa tahan lama sampai berbulan-bulan karena menyerap di pori-pori kayu,' kata Agung yang sudah meneliti formula itu sejak 1995. Begitu aroma amis di lagur hilang, walet tetap bertahan di sarangnya. Sarang walet dan rumput laut memang bahan baku utama ramuan itu. Sekitar 100 g sarang dicuci bersih sebanyak 3 kali selanjutnya sarang itu direndam air selama semalam. Sarang kemudian dihancurkan hingga lembut dengan blender. Selanjutnya tambahkan 50 g rumput laut dan campuran itu direndam air sebanyak 5 liter. 'Perendaman dilakukan selama kira-kira sebulan,' ujar pengusaha yang sukses menernakkan walet itu. Hasil terbaik bila didapat air rendaman menjadi keruh dan berwarna kekuningan. Bau amisnya tercium lembut. Air rendaman itu kemudian disaring untuk membuang ampas sarang dan rumput laut. 'Yang dipakai hanya air rendaman saja,' katanya. Cairan pemikat walet itu harus segera dioleskan pada lagur. Musababnya bila didiamkan terlalu lama, lebih dari 2 minggu, bau amisnya berubah, tidak tercium segar. 'Ini dapat terjadi pula bila perendaman dilakukan sampai 2 bulan,' ujar Agung. Bila cairan itu dipaksa untuk digunakan, walet tidak akan terpikat. Untuk itu perlu takaran yang pas agar ramuan tidak terbuang percuma. Dari pengalaman Agung cairan pemikat sebanyak 5 liter cukup untuk dioleskan pada 2 rumah walet berukuran 10 m x 20 m. Pemakaian sarang utuh untuk bahan campuran memang mahal. Untuk itu Agung menyarankan sarang remukan yang harganya Rp1-juta-Rp1,5-juta/kg 'Bisa juga dipakai sarang sriti,' kata Agung. Rumput laut dapat dibeli di pasar tradisional. Harganya cukup murah sekitar Rp60.000-Rp70.000/kg. Tenang Ramuan pemikat walet sebetulnya mudah ditemui di pasaran. Namun, tidak semua ramuan itu efektif menjerat walet untuk masuk. Selain sarang sebagai bahan utama, campuran lain yang dipakai adalah kombinasi air kotoran walet dan minyak ikan. Itu yang dilakukan oleh Ade H. Yamani di Karawang. Namun, cairan pemikat itu harus disemprotkan ke seluruh permukaan dinding agar bekerja efektif. Menurut Hary K Nugroho memancing walet memang gampang-gampang susah. 'Tanpa dipancing walet dapat datang asalkan kondisi lingkungan rumah walet tenang,' ujar pemilik Eka Walet Center di Kelapagading, Jakarta Utara, itu. Tenang berarti jauh dari hiruk-pikuk kegiatan manusia. Itu pula yang terjadi pada walet-walet yang menetap di gua tepi pantai. Pendapat senada disampaikan Agung. 'Hasilnya akan lebih bagus jika lingkungan tidak ada gangguan,' katanya. Apalagi jika peternak memperhatikan arah masuk dan keluar burung. 'Posisi lubang keluar dan masuk harus searah terbang walet,' ujar Agung. Harap mahfhum itu akan membuat walet merasa aman sehingga saat cairan pemikat dioleskan, Collocalia fuciphaga itu lekas masuk. (A. Arie Raharjo) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar