Selasa, 05 Agustus 2008

Kemarau Datang Bobot Sarang Meningkat

Kemarau Datang Bobot Sarang Meningkat
Oleh trubus
Selasa, April 10, 2007 14:21:28



Anggapan bobot sarang turun pada musim kemarau tak berlaku di Sedayu, Gresik, Jawa Timur. Di sana bobot sarang malah naik ketimbang musim hujan. Itu terlihat dari 8 bulan pengamatan terhadap 25 sarang walet di rumah walet model piggy back. Empat bulan musim kemarau, Mei-September, bobot rata-rata 10,7882 g/sarang. Padahal musim hujan hanya 8,9085 g/sarang.

Uji bobot dengan menggunakan timbangan analitik Denver tipe AA-250 dengan ketelitian 4 digit di laboratorium Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu sungguh di luar dugaan. Selama ini bobot sarang selalu lebih rendah saat musim kemarau. Suhu dan kelembapan sangat memegang peranan.

Dari penelitian didapat 88% walet setia menempati tempat asal bersarang di rumah walet 5 lantai setinggi 14 m yang dipakai tempat uji coba. Bangunan bercat putih itu dilengkapi lubang walet berukuran 100 cm x 30 cm, normalnya 40 cm x 14 cm agar walet mudah masuk. Suhu ruangan berkisar 25-27oC terasa sejuk karena ventilasi cukup banyak.

Agar kelembapan terjaga pada kisaran 95-98%, di setiap lantai yang memiliki 6-9 kamar ditaruh 2-3 kolam berisi air. Luasan kolam 3 m x 3 m dan kedalaman 30 cm. Pada musim hujan jumlah kolam dikurangi sehingga ruangan tidak terlalu lembap. Kelembapan di atas 98% dapat membuat sarang berubah warna menjadi abu-abu.
Dekat pakan

Selain lingkungan dalam rumah walet, lokasi rumah turut andil menaikkan bobot sarang. Bangunan dekat sumber pakan menjadi pilihan pas. Bangunan yang diamati penulis dikelilingi rawa dan berada 7 km dari pantai utara Jawa. Duapuluh kilometer dari tempat itu tampak jejeran hutan jati. Sungai Bengawan Solo membentang di sebelah selatan lokasi. Itulah lintasan walet saat terbang mencari serangga yang memang menyukai daerah lembap dan berair.

Memang pada musim penghujan produksi pakan melimpah. Namun, pada musim itu walet tergesa-gesa membuat sarang agar cepat bertelur. Hasilnya, bobot sarang lebih ringan dan tipis. Berbeda pada musim kemarau. Meski kecenderungan sumber pakan berkurang, tapi walet tetap aktif memproduksi liur. Itu karena persaingan memperoleh pakan berkurang. Maklum sebanyak 12% walet muda biasanya pergi mencari pakan ke tempat lain.

Saat faktor-faktor seperti suhu, kelembapan, dan kedekatan dengan sumber pakan terpenuhi, walet akan setia dan rajin membuat sarang. Oleh karena itu pada musim kemarau tak ada hambatan bagi walet untuk tinggal dan mencari pakan. Hasilnya bobot sarang terjaga.

Tidak ada komentar:

GRAND OPENING CHICKEN CRUSH VILLA MELATI MAS, SERPONG

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan, pada tanggal 17 Oktober 2019 dilakukan pemberkatan tempat usaha resto Chicken Crush yang terletak di Ru...