Rabu, 27 Agustus 2008

Pemburu Sarang Walet

Sumber: Liputan6.com, Kebumen

Burung walet atau apodidae memiliki sekitar 30 spesies. Walet pun mempunyai beberapa ciri khusus dibanding dengan jenis burung lainnya. Sayap menyempit dan runcing, serta ekor yang panjang, adalah salah satu ciri yang mudah dikenali. Jenis burung ini cenderung hidup di dalam goa, menempel dan bergantung pada dinding. Ini berkaitan dengan anatomi walet. Kaki yang sangat kecil membuat walet tak mampu hinggap seperti burung lainnya.
Dinding gua yang berpori-pori memang sangat membantu walet saat harus beristirahat dan membuat sarang. Kaki-kaki kecil mencengkeram dinding gua dengan kuat sehingga dapat bergelantung.
Spesies Aerodramus fuciphagus atau walet sarang putih habitat aslinya di gua gelap dan lembab. Jenis walet ini yang paling mudah ditemui di wilayah Indonesia. Sebagian orang pun gemar mengonsumsi sarang walet dengan alasan rasa yang lezat dan khasiatnya bagi kesehatan.



Sarang walet memang banyak dipercaya mampu menyembuhkan bermacam penyakit. Sejumlah peneliti menyebutkan, sarang walet mengandung protein, mineral, dan juga sumber asam amino yang lengkap. Karena khasiat dan rasanya yang lezat, sarang walet hingga kini memiliki nilai jual tinggi. Di pasaran lokal, satu kilogram sarang walet dijual seharga Rp 12 juta hingga Rp 20 juta. Tak aneh bila perburuan sarang walet dengan risiko apa pun terus dikerjakan. Namun, bila konservasi alam diabaikan, keberadaan walet dan sarangnya sangat mungkin tak ditemukan lagi.



Kendati demikian, harganya yang mahal membuat para pemburu sarang walet akan terus berupaya mendapatkannya.
Berbagai risiko tentu saja bagian dari hal yang harus diatasi. Seperti yang dilakoni para pemetik sarang walet di Desa Karang Bolong, Kebumen, Jawa Tengah. Gulungan rotan sepanjang 30 meter dipersiapkan dan dipilih sebagai tangga karena kecuraman lokasi.
Yang pertama kali turun adalah singkep atau pembuka jalur. Meniti tangga rotan yang terpasang di dinding gua adalah satu-satunya cara mencapai mulut gua. Risiko terbesar dari pemetik sarang walet di gua di Desa Karang Bolong adalah terhempas ke gelombang ganas Samudra Hindia. Utas tali akan membawa singkep pada sarang walet yang menempel pada dinding gua.
Berbeda dengan para pemburu sarang walet di gua pegunungan. Di kawasan Gasiang, Solok Selatan, Sumatra Barat, misalnya. Buat mencapai gua sarang walet, para pemburu terlebih dahulu berjalan selama dua hari. Sebab gua yang dipilih walet rata-rata berada di lereng gunung yang jauh dari tempat tinggal manusia. Untuk mencapai sarangnya, seorang pemburu harus menaiki tebing yang tingginya mencapai 30 meter dari mulut gua.

Tidak ada komentar:

GRAND OPENING CHICKEN CRUSH VILLA MELATI MAS, SERPONG

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan, pada tanggal 17 Oktober 2019 dilakukan pemberkatan tempat usaha resto Chicken Crush yang terletak di Ru...