Emangnya gampang memikat walet?? Memang benar enak jadi trilliuner, tapi emangnya gampang???
Sabtu, 25 Oktober 2008
Belajar Membuat Sarang Burung
Pada jaman dulu ada seekor burung Manyar yang sangat pandai membuat sarangnya. Sarangnya terbuat dari rerumputan. Rumput-rumput tersebut dianyam sedemikian rupa hingga rapi dan kuat.
Melihat kepandaian burung manyar membuat sarangnya, maka banyak burung-burung jenis lainnya tertarik untuk belajar membuat sarang dengan sang burung manyar.
Suatu hari burung walet, burung elang, burung gereja, burung kenari dan burung hantu tertarik untuk belajar membuat sarang dengan sang burung manyar. Mereka minta burung manyar untuk mengajarkan rahasia-rahasia bagaimana membuat sarang burung yang baik dan kuat. Setelah dibujuk oleh burung-burung tersebut akhirnya sang burung manyar bersedia membagikan rahasia membuat sarang burung yang baik, rapi dan kuat.
"Sebelum membuat sarang, yang perlu diperhatikan dan yang terpenting adalah lokasi. Pilihlah lokasi di pohon atau tempat yang bagus" demikian awal sang burung manyar memulai penjelasannya.
"Waka kak kak kak ha ha ha .. kalau yang seperti ini nih aku sudah tau... ini mah bukan rahasia" kata burung elang sambil tertawa mengejek. Lalu dia terbang meninggalkan burung manyar. Huh... ternyata apa yang diajarkan sang burung manyar biasa-biasa saja... nothing secret .... gerutu burung elang.
"Setelah itu pilihlah dahan yang kuat. Agar sarang tidak mudah lepas carilah rumput dan ranting kayu yang bagus serta kering untuk membuat sarang agar sarang tahan lama" lanjut sang burung manyar.
"Sarang yang aku buat juga selalu menggunakan rumput dan ranting kayu yang bagus... wekk wekk .... semua orang juga sudah tahu kalau harus pakai ranting kayu yang bagus dan pakai kayu bagus" kata burung hantu, lalu dia pun terbang meninggalkan burung manyar.
"Pada saat menganyam sarang, kita harus lakukan dengan telaten, agar setiap rumput dan ranting teranyam dengan baik sehingga air tidak menembus ke dalam sarang serta hembusan angin tidak masuk ke dalam sarang" lanjut burung manyar.
"Wehhh....ternyata cuma begitu, aku mah sudah tau semuanya" pikir burung gereja, lalu dia terbang meninggalkan sang burung manyar.
"Demikian juga lubang masuk untuk kita juga harus ditentukan pada posisi yang benar, agar kita bisa masuk dan keluar dengan leluasa. Dan yang perlu kita perhatikan adalah lubang masuk itu kita buat bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk anak-anak kita" lanjut sang burung manyar.
"Weleh-weleh... cuma gitu doang ya... aku juga sudah tahu, huh... gampang" gerutu burung kenari sambil terbang meninggalkan tempat.
Yang tersisa hanya burung walet, dia dengan seksama dari awal mendengarkan apa yang diajarkan oleh sang burung manyar.
"tapi syarat-syarat yang saya sebutkan tadi belumlah cukup untuk membuat sarang yang bagus, yang PALING PENTING adalah usahakan membuat sarang yang tidak kena hujan atau sinar matahari langsung, carilah tempat yang teduh seperti dibawah atap rumah, kemudian usahakan agar sarang tersebut hangat, alasi dengan air liur mu atau rumput, buat bantalan agar anakmu hangat dan nyaman tinggal di sarang."
Akhirnya walet yang mendengarkan sampai selesai penjelasan sang burung manyar dan mengerti cara membuat sarang yang bagus.
Cerita tersebut di atas hanya sekedar cerita untuk anak-anak, tapi ada pelajaran yang sangat dalam yang bisa kita petik.
Kadang kita sesudah mempelajari sesuatu hal, merasa sudah menguasainya dengan sempurna. Sehingga memandang remeh jika ada orang lain yang menjelaskannya kepada kita, menganggap diri sudah tau.
Sehingga kita menutup diri dari ilmu atau cara baru, padahal mungkin saja penjelasan orang lain, meskipun kita sudah tahu, terkadang ada hal-hal kecil yang disampaikan orang lain yang dapat menambah pengetahuan kita.
Jadilah seperti sebuah gelas kosong yang mampu menerima apa pun, belajar tidak ada habisnya selalu ada hal baru yang bisa kita pelajari, yang terpenting selalu perhatikan apa yang diajarkan oleh orang lain, meski itu adalah yang sangat sederhana.
Jumat, 24 Oktober 2008
BIRD'S NEST RECIPES
CLEAR SIMMERED BIRD'S NEST
Ingredients:
113 g superior bird's nest, soaked until soft
1 mature chicken
300 g pork shoulder bone
19 g ham, sliced
2 slices of ginger
12 cups of water
salt
ham shreds
Method:
1. Remove the innards of chicken, wash, skin and cut off head and feet. Wash and parboil pork shoulder bone together with chicken. 2. Bring 12 cups of water to boil in crockery pot. Add chicken, pork shoulder bone, ham slices and ginger slices and bring them to boil. Reduce to low heat, cook for 3 hours and remove the residue from stock. 3. Pour stock into a stewing pot. Add bird's nest, cover and stew for 40 minutes. Dish up with stewing pot, season with salt or not and sprinkle with ham shreds.
BIRD'S NEST IN WINTER MELON
Ingredients:
150 g superior bird's nest, soaked until soft and stewed
3 kg winter melon
75 g dried lotus seeds
113 g chicken
113 g crab meat
38 g ham
4 cups stock
salt
Marinade:
1/4 tsp salt
1/2 tsp caltrop starch
1 tbsp water
Method: 1. Wash surface of winter melon, scoop out seeds and pith with a metal spoon. Parboil in boiling water, remove, rinse and drain. 2. Wash dried lotus seeds, soak until soft and seed. Slice half of the ham and shred the rest. 3. Dice chicken, marinate and parboil. 4. Put winter melon into a deep bowl. Add dried lotus seeds, ham slices and stock to the winter melon. Stew for 1 hour, add chicken, bird's nest and crab meat and stew for 20 more minutes. Season with salt, dish up in stewing pot and sprinkle with ham shreds.
STEWED BIRD'S NEST WITH BLACK CHICKEN AND CHINESE CORDYCEPS
Ingredients:
113 g superior bird's nest, soaked until soft and stewed.
13 g Chinese cordyceps
4 red dates
1 black-skinned chicken
113 g lean pork
2 slices of ginger
4 cups of boiling water
salt
Method:
1. Wash Chinese cordyceps. Wash and core red dates
2. Remove innards of black chicken and wash. Parboil, rinse and drain together with lean pork. Put chicken and lean pork into a stewing pot. Add Chinese cordyceps, red dates, ginger and boiling water. Cover and stew for 3 hours. Add bird's nest and stew for 30 minutes. Season with salt and dish up in stewing pot.
STEWED LILY BULBS WITH BLOOD-RED BIRD'S NEST
Ingredients:
113 g blood-red bird's nest, soaked until soft
19 g white fungi
2 fresh lily bulbs
3 cups stock
salt
Method:
1. Soak and trim white fungi. Tear into small pieces and wash. Parboil in boiling water, remove and drain. 2. Cut lily bulbs apart, wash and put them into a stewing pot. Add bird's nest, white fungi and stock, cover and stew for 1 1/2 hour. Season with salt and dish up in stewing pot
CHICKEN AND ABALONE CONGEE WITH BIRD'S NEST
Ingredients:
113 g superior bird's nest, soaked.
113 g long-grain rice
10 cups water
38 g small dried abalones
1/2 chicken
salt
ham puree
Method:
1. Wash and soak rice for 1 hour.
2. Cook abalones in boiling water over low heat for 10 minutes. Turn off the stove and cover for 30 minutes. Remove abalones, rub and wash with warm water (if wash with cold water, the gelatinous substance will solidify and the abalones will not become soft with cooked).
Cook abalones in the boiling water with ginger, spring onion and wine for 5 minutes. 3. Skin chicken, parboil in boiling water and rinse.
4. Bring 10 cups of water to the boil. Add chicken, abalones and rice and bring to the boil. Reduce to low heat and cook until congee is smooth. Remove chicken and abalones. Add bird's nest to congee and cook over low heat for 20 minutes. 5. Tear chicken into fine shreds and slice abalones. Add chicken and abalones to congee, season with salt and sprinkle with ham puree.
SHREDDED CHICKEN CONGEE WITH BIRD'S NEST
Ingredients:
113 g bird's nest, soaked until soft and stewed
113 g long-grain rice
1/2 chicken
1 slice of ginger
ham puree
spring onion dices
10 cups water
salt
Method: 1. Wash rice, combine with oil and salt and marinate for 1 hour. 2. Wash chicken, tear the skin off, parboil in boiling water and rinse. 3. Bring 10 cups of water to the boil. Add rice, chicken and ginger and bring to boil. Reduce to low heat and cook until congee is smooth. Remove chicken, tear into fine shreds and discard bone. Return chicken to congee, add bird's nest and cook for 5 minutes. Season with salt and sprinkle with ham puree and spring onion dices
Ingredients:
113 g superior bird's nest, soaked until soft
1 mature chicken
300 g pork shoulder bone
19 g ham, sliced
2 slices of ginger
12 cups of water
salt
ham shreds
Method:
1. Remove the innards of chicken, wash, skin and cut off head and feet. Wash and parboil pork shoulder bone together with chicken. 2. Bring 12 cups of water to boil in crockery pot. Add chicken, pork shoulder bone, ham slices and ginger slices and bring them to boil. Reduce to low heat, cook for 3 hours and remove the residue from stock. 3. Pour stock into a stewing pot. Add bird's nest, cover and stew for 40 minutes. Dish up with stewing pot, season with salt or not and sprinkle with ham shreds.
BIRD'S NEST IN WINTER MELON
Ingredients:
150 g superior bird's nest, soaked until soft and stewed
3 kg winter melon
75 g dried lotus seeds
113 g chicken
113 g crab meat
38 g ham
4 cups stock
salt
Marinade:
1/4 tsp salt
1/2 tsp caltrop starch
1 tbsp water
Method: 1. Wash surface of winter melon, scoop out seeds and pith with a metal spoon. Parboil in boiling water, remove, rinse and drain. 2. Wash dried lotus seeds, soak until soft and seed. Slice half of the ham and shred the rest. 3. Dice chicken, marinate and parboil. 4. Put winter melon into a deep bowl. Add dried lotus seeds, ham slices and stock to the winter melon. Stew for 1 hour, add chicken, bird's nest and crab meat and stew for 20 more minutes. Season with salt, dish up in stewing pot and sprinkle with ham shreds.
STEWED BIRD'S NEST WITH BLACK CHICKEN AND CHINESE CORDYCEPS
Ingredients:
113 g superior bird's nest, soaked until soft and stewed.
13 g Chinese cordyceps
4 red dates
1 black-skinned chicken
113 g lean pork
2 slices of ginger
4 cups of boiling water
salt
Method:
1. Wash Chinese cordyceps. Wash and core red dates
2. Remove innards of black chicken and wash. Parboil, rinse and drain together with lean pork. Put chicken and lean pork into a stewing pot. Add Chinese cordyceps, red dates, ginger and boiling water. Cover and stew for 3 hours. Add bird's nest and stew for 30 minutes. Season with salt and dish up in stewing pot.
STEWED LILY BULBS WITH BLOOD-RED BIRD'S NEST
Ingredients:
113 g blood-red bird's nest, soaked until soft
19 g white fungi
2 fresh lily bulbs
3 cups stock
salt
Method:
1. Soak and trim white fungi. Tear into small pieces and wash. Parboil in boiling water, remove and drain. 2. Cut lily bulbs apart, wash and put them into a stewing pot. Add bird's nest, white fungi and stock, cover and stew for 1 1/2 hour. Season with salt and dish up in stewing pot
CHICKEN AND ABALONE CONGEE WITH BIRD'S NEST
Ingredients:
113 g superior bird's nest, soaked.
113 g long-grain rice
10 cups water
38 g small dried abalones
1/2 chicken
salt
ham puree
Method:
1. Wash and soak rice for 1 hour.
2. Cook abalones in boiling water over low heat for 10 minutes. Turn off the stove and cover for 30 minutes. Remove abalones, rub and wash with warm water (if wash with cold water, the gelatinous substance will solidify and the abalones will not become soft with cooked).
Cook abalones in the boiling water with ginger, spring onion and wine for 5 minutes. 3. Skin chicken, parboil in boiling water and rinse.
4. Bring 10 cups of water to the boil. Add chicken, abalones and rice and bring to the boil. Reduce to low heat and cook until congee is smooth. Remove chicken and abalones. Add bird's nest to congee and cook over low heat for 20 minutes. 5. Tear chicken into fine shreds and slice abalones. Add chicken and abalones to congee, season with salt and sprinkle with ham puree.
SHREDDED CHICKEN CONGEE WITH BIRD'S NEST
Ingredients:
113 g bird's nest, soaked until soft and stewed
113 g long-grain rice
1/2 chicken
1 slice of ginger
ham puree
spring onion dices
10 cups water
salt
Method: 1. Wash rice, combine with oil and salt and marinate for 1 hour. 2. Wash chicken, tear the skin off, parboil in boiling water and rinse. 3. Bring 10 cups of water to the boil. Add rice, chicken and ginger and bring to boil. Reduce to low heat and cook until congee is smooth. Remove chicken, tear into fine shreds and discard bone. Return chicken to congee, add bird's nest and cook for 5 minutes. Season with salt and sprinkle with ham puree and spring onion dices
Kamis, 16 Oktober 2008
Fit dan Hangat Di Peraduan Berkat Chinese Food - by Pangesti Admadibrata
Jamur Hitam China (Shiitake Mushroom)
Ia popular sebagai jamur Shiitake dari Jepang, padahal asalnya dari daratan China. Ia juga popular sebagai jamur dengan aroma khas yang lezat, padahal selain lezat dia juga berfungsi sebagai aphrodisiac — pembangkit gairah cinta anda!
Popular sebagai jamur khas Jepang dengan nama Shiitake, jamur yang sebenarnya berasal dari China ini banyak dijual di berbagai toko makanan kering di Asia. Walau disebut jamur hitam warna jamur ini sebenarnya beragam mulai dari cokelat muda, cokelat tua, hingga abu-abu. Sebenarnya hanya jamur dengan warna permukaan payung berbintiklah yang disebut dengan nama Jamur Shiitake. Karena langka harganyapun menjadi sangatlah tinggi. Dari jenis Shiitake yang termahal adalah jamur Shiitake yang berpayung tebal dan memiliki pinggiran yang bergelombang sehingga sering disebut sebagai “Jamur Kembang”. Di berbagai negara seperti Hong Kong, Taiwan, RRC, dan Jepang juga Korea jamur ini banyak digunakan pada berbagai masakan khas setempat. Jamur beraroma khas ini juga menjadi makanan favorit pada vegetarian karena dianggap sama lezatnya dengan daging.
Jika anda ingin membeli Jamur Shiitake ataupun Jamur Hitam China sebaiknya anda beli saja yang telah dikeringkan, karena aromanya akan lebih harum saat dimasak. Jamur Shiitake yang telah dikeringkan mudah diperoleh di berbagai tempat yang menjual bumbu atau makanan khas China atau Jepang. Jika di kota anda kebetulan ada “China Town” pasar-pasar di tempat seperti ini pasti menjual jamur Shiitake kiloan. Sebelum dimasak rendam jamur hitam kering di dalam air hangat selama setengah jam. Hilangkan kotoran yang menempel di atasnya. Jika masih ada sisa simpanlah di tempat kering dengan suhu kamar.
Jamur Hitam China sejak lama dikenal masyarakat China sebagai jamur yang mengandung pembangkit gairah seksual (Aphrodisiac). Ini pula yang membuat jamur yang pada kenyataannya mengandung protein, Vitamin B2 dan B12 ini termasuk jamur paling popular yang sering diolah atau dicampurkan ke dalam berbagai makanan China. Ilmu pengobatan China tradisional sejak lama juga menganjurkan orang mengkonsumsi Jamur Hitam China (Shiitake) ini sebagai makanan kesehatan karena dapat menurunkan kolesterol, menurunkan tekanan darah, juga polisakarida yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, bahkan konon dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker!
Jadi bila ingin kehidupan cinta anda semakin hangat tak ada salahnya memasukkan empat lima keping Jamur Hitam China plus seiris dua iris jahe dan ginseng ke dalam tumisan sayur anda. Dijamin pasti oke!
Haysom - Si Biang Energi
Lebih akrab disebut dengan nama “Haysom” terutama di restoran China, teripang atau ketimun laut sering dimitoskan sebagai salah satu makanan pembooster energi cinta. Pertama-tama karena bentuknya yang menyerupai phallus alias batang, sehingga pria yang sering mengkonsumsinya konon bakal perkasa bak Herkules di peraduan!
Teripang dalam keluarga binatang laut masih terhitung keluarga jauh dari bintang laut dan tergolong dalam Echinodermata. Disebut sebagai “Sea Cucumber” dalam bahasa Inggris karena bentuknya memang seperti ketimun. Di Prancis ia disebut dengan nama romantis “Beche de Mer” sedang di China dalam bahasa Mandarin, dengan gamblang dinamai Hai Shen (Haysom) yang berarti Ginseng Laut. Tak jelas apakah sebutan itu lahir dari prestasinya sebagai aphrodisiac laut atau karena potensi lain yang dimilikinya sebagai makanan yang sangat bergizi.
Selama berabad-abad masyarakat China telah mengkonsumsi Haysom dengan cara mencampurkannya ke dalam masakan mereka. Itu bukan lantaran semua orang kepingin punya stamina seks yang prima karena kaum wanitapun banyak yang mengkonsumsinya melainkan karena Haysom terbukti dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan seperti menurunkan tekanan darah tinggi hingga menghilangkan sakit persendian. Belum terhitung lagi khasiatnya sebagai “booster energi” sehingga pantas disebut sebagai ginseng laut.
Selama beberapa masa Haysom sempat menjadi makanan yang hanya boleh dikonsumsi oleh kalangan tertentu, terutama keluarga kaisar dan bangsawan yang di kala itu umumnya memiliki banyak isteri dan selir.
Di pasaran Haysom dijual dalam bentuk segar dan kering. Berbagai toko obat di pecinan biasanya juga menjual Haysom bersama dengan sarang burung walet, ginseng dan aneka bahan berkhasiat lainnya. Seperti halnya tahu, teripang alias Haysom sebenarnya tidak memiliki aroma tertentu, namun tekstur dagingnya yang lembut dan berlendir membuatnya enak untuk diolah sebagai sup, tumis, ataupun makanan berkuah lainnya. Perlu waktu cukup lama untuk menyiapkan Haysom yang baru ditangkap di laut sebelum bisa dimakan. Kadangkala prosedur pembersihan dan penyiapannya sampai memakan waktu berhari-hari.
Jadi kalau mau tak repot mencoba kedahsyatan Haysom, kunjungi saja restoran China yang cukup besar di kota anda . umumnya restoran-restoran China besar memasukkan Haysom sebagai salah satu menu utamanya.
Sup Sarang Burung Walet: Segar Berenergi
Jika dengar kata ludah mungkin ada sebagian orang yang merasa jijik. Beberapa negara seperti Singapura, Hong Kong dan RRC meludah dilarang keras oleh hukum. Tapi toh di negara dengan penerapan hukum sekeras Singapura sekalipun, tetap ada satu mahluk yang tak dilarang meludah, bahkan justru dianjurkan karena bisa meningkatkan devisa negara.
Mahluk yang ludahnya begitu berharga itu tak lain dan tak bukan adalah burung walet. Dengan air liurnya yang kental burung walet membuat sarangnya. Air liur yang kental itu akan mengering saat terkena udara. Dewasa ini di dunia dikenal 2 jenis sarang burung walet yakni sarang burung walet yang dipanen di gua-gua di pegunungan, serta sarang burung walet yang dipanen di atap rumah-rumah tua yang lebih popular sebagai sarang burung walet rumahan. Burung walet yang membuat sarangnya di atap rumah tua biasanya telah dibudidayakan oleh keluarga atau perusahaan yang menjalankan bisnis seperti ini sejak lama. Karena sifatnya yang alami dan langka (Banyak pemanen sarang burung walet yang menemui ajalnya setiap tahun saat memanen di gua) harga jual sarang burung walet gua jauh lebih mahal dibandingkan sarang walet rumahan. Di pasaran juga dikenal istilah sarang burung walet bersih dan kotor. Yang bersih adalah sarang burung walet yang sudah dicuci dan dibersihkan serta siap untuk dimasak.
Sarang burung walet umumnya mudah didapatkan di pasar atau toko obat di pecinan. Biasanya dijual dalam kemasan atau kiloan. Di restoran sarang burung walet biasanya disajikan dalam bentuk sup atau manisan sebagai makanan penutup. Yan Wo begitu namanya dilafalkan dalam bahasa Mandarin, sudah selama berabad-abad dijadikan makanan kaum kelas atas.
Kandungan gizinya yang tinggi membuatnya dipercaya memiliki khasiat sebagai aphrodisiac yang di masa tertentu hanya bisa dinikmati oleh kaum bangsawan di Tiongkok Kuno. Banyak sinshe dan ahli pengobatan China tradisional yang mencampurkan sarang burung walet ke dalam tonik penguat. Belakangan sup sarang burung walet dikemas dan diproduksi secara modern sebagai salah satu tonik penambah energi. Sayang harganya sangatlah mahal sehingga walau jaman telah modern dan kaum bangsawan tak lagi memonopoli segala segi di muka bumi ini, sarang burung walet masih tak terjangkau oleh semua orang.
Jika ingin mencoba sendiri khasiatnya dirumah, buatlah sup sarang burung walet dengan bahan dasar sarang burung walet yang telah dibersihkan lalu dimasak dalam kaldu ayam. Cukup tambahkan bumbu seperti lada hitam, bawang putih, dan jahe. Jika ingin khasiatnya lebih bertambah, bisa tambahkan ginseng atau akar teratai yang juga berkhasiat sebagai pembangkit gairah.
Asparagus
Tian Men Dong (akar gerbang surgawi) atau Wan Sui Teng (akar panjang umur) begitu namanya disebut dalam bahasa Mandarin. Hampir setiap restoran yang menjual masakan Cina memasukkan asparagus ke dalam daftar menunya. Biasanya dibuat sup kepiting atau ditumis.
Kepopuleran asparagus sebagai salah satu menu favorit di restoran Cina ternyata terpulang pada khasiat-khasiat yang dimiliki tumbuhan ini. Asparagus dalam khasanah ilmu pengobatan Cina tradisional telah lama digunakan sebagai salah satu makanan sehat yang sekaligus bermanfaatn mengobati berbagai penyakit mulai dari arthritis sampai masalah kesuburan.
Hasil penelitian ilmiah secara modern menunjukkan bahwa asparagus mengandung steroidal glikosida yang memiliki efek anti pembengkakan. Satu setengah mangkuk asparagus yang telah dimasak mengandung sejumlah besar asam folik, vitamin C, potassium, dan beta karotin. Asam Folik membantu mengurangi cacat bawaan pada bayi, kanker panggul, usus dan dubur, serta bermanfaat untuk mencegah penyakit-penyakit jantung. Kandungan vitamin C nya sementara itu dapat membantu tubuh mencegah kanker, penyakit jantung serta meningkatkan daya tahan tubuh. Potassium membantu meregulasikan keseimbangan elektrolit dalam sel dan menjaga fungsi jantung dan tekanan darah yang normal. Dengan kandungan seperti ini asparagus yang tak mengandung lemak, kolesterol dan sodium jelas pantas disebut sebagai makanan yang sehat. Seorang peneliti di Italia pada tahun 1991 menemukan fungsi lain dari asparagus yang ternyata banyak membantu keberhasilan pasangan yang mengikuti program bayi tabung.
Akan halnya di Cina, Asparagus telah lama dipercaya sebagai makanan yang memiliki efek aphrodisiac. Catatan mengenai khasiat asparagus banyak ditemukan dalam berbagai kitab pengobatan di Cina. Seorang alkemis bernama Go Hong dalam sebuah kitab klasik Taois pernah menyebutkan kisah seorang pria bernama Du Ziwei yang setelah mengkonsumsi asparagus selama bertahun-tahun jadi begitu perkasa hingga sanggup membahagiakan ke 80 isteri dan selirnya. Du juga sanggup berjalan sepanjang 50 li setiap hari dan berumur panjang sampai 145 tahun
Ia popular sebagai jamur Shiitake dari Jepang, padahal asalnya dari daratan China. Ia juga popular sebagai jamur dengan aroma khas yang lezat, padahal selain lezat dia juga berfungsi sebagai aphrodisiac — pembangkit gairah cinta anda!
Popular sebagai jamur khas Jepang dengan nama Shiitake, jamur yang sebenarnya berasal dari China ini banyak dijual di berbagai toko makanan kering di Asia. Walau disebut jamur hitam warna jamur ini sebenarnya beragam mulai dari cokelat muda, cokelat tua, hingga abu-abu. Sebenarnya hanya jamur dengan warna permukaan payung berbintiklah yang disebut dengan nama Jamur Shiitake. Karena langka harganyapun menjadi sangatlah tinggi. Dari jenis Shiitake yang termahal adalah jamur Shiitake yang berpayung tebal dan memiliki pinggiran yang bergelombang sehingga sering disebut sebagai “Jamur Kembang”. Di berbagai negara seperti Hong Kong, Taiwan, RRC, dan Jepang juga Korea jamur ini banyak digunakan pada berbagai masakan khas setempat. Jamur beraroma khas ini juga menjadi makanan favorit pada vegetarian karena dianggap sama lezatnya dengan daging.
Jika anda ingin membeli Jamur Shiitake ataupun Jamur Hitam China sebaiknya anda beli saja yang telah dikeringkan, karena aromanya akan lebih harum saat dimasak. Jamur Shiitake yang telah dikeringkan mudah diperoleh di berbagai tempat yang menjual bumbu atau makanan khas China atau Jepang. Jika di kota anda kebetulan ada “China Town” pasar-pasar di tempat seperti ini pasti menjual jamur Shiitake kiloan. Sebelum dimasak rendam jamur hitam kering di dalam air hangat selama setengah jam. Hilangkan kotoran yang menempel di atasnya. Jika masih ada sisa simpanlah di tempat kering dengan suhu kamar.
Jamur Hitam China sejak lama dikenal masyarakat China sebagai jamur yang mengandung pembangkit gairah seksual (Aphrodisiac). Ini pula yang membuat jamur yang pada kenyataannya mengandung protein, Vitamin B2 dan B12 ini termasuk jamur paling popular yang sering diolah atau dicampurkan ke dalam berbagai makanan China. Ilmu pengobatan China tradisional sejak lama juga menganjurkan orang mengkonsumsi Jamur Hitam China (Shiitake) ini sebagai makanan kesehatan karena dapat menurunkan kolesterol, menurunkan tekanan darah, juga polisakarida yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, bahkan konon dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker!
Jadi bila ingin kehidupan cinta anda semakin hangat tak ada salahnya memasukkan empat lima keping Jamur Hitam China plus seiris dua iris jahe dan ginseng ke dalam tumisan sayur anda. Dijamin pasti oke!
Haysom - Si Biang Energi
Lebih akrab disebut dengan nama “Haysom” terutama di restoran China, teripang atau ketimun laut sering dimitoskan sebagai salah satu makanan pembooster energi cinta. Pertama-tama karena bentuknya yang menyerupai phallus alias batang, sehingga pria yang sering mengkonsumsinya konon bakal perkasa bak Herkules di peraduan!
Teripang dalam keluarga binatang laut masih terhitung keluarga jauh dari bintang laut dan tergolong dalam Echinodermata. Disebut sebagai “Sea Cucumber” dalam bahasa Inggris karena bentuknya memang seperti ketimun. Di Prancis ia disebut dengan nama romantis “Beche de Mer” sedang di China dalam bahasa Mandarin, dengan gamblang dinamai Hai Shen (Haysom) yang berarti Ginseng Laut. Tak jelas apakah sebutan itu lahir dari prestasinya sebagai aphrodisiac laut atau karena potensi lain yang dimilikinya sebagai makanan yang sangat bergizi.
Selama berabad-abad masyarakat China telah mengkonsumsi Haysom dengan cara mencampurkannya ke dalam masakan mereka. Itu bukan lantaran semua orang kepingin punya stamina seks yang prima karena kaum wanitapun banyak yang mengkonsumsinya melainkan karena Haysom terbukti dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan seperti menurunkan tekanan darah tinggi hingga menghilangkan sakit persendian. Belum terhitung lagi khasiatnya sebagai “booster energi” sehingga pantas disebut sebagai ginseng laut.
Selama beberapa masa Haysom sempat menjadi makanan yang hanya boleh dikonsumsi oleh kalangan tertentu, terutama keluarga kaisar dan bangsawan yang di kala itu umumnya memiliki banyak isteri dan selir.
Di pasaran Haysom dijual dalam bentuk segar dan kering. Berbagai toko obat di pecinan biasanya juga menjual Haysom bersama dengan sarang burung walet, ginseng dan aneka bahan berkhasiat lainnya. Seperti halnya tahu, teripang alias Haysom sebenarnya tidak memiliki aroma tertentu, namun tekstur dagingnya yang lembut dan berlendir membuatnya enak untuk diolah sebagai sup, tumis, ataupun makanan berkuah lainnya. Perlu waktu cukup lama untuk menyiapkan Haysom yang baru ditangkap di laut sebelum bisa dimakan. Kadangkala prosedur pembersihan dan penyiapannya sampai memakan waktu berhari-hari.
Jadi kalau mau tak repot mencoba kedahsyatan Haysom, kunjungi saja restoran China yang cukup besar di kota anda . umumnya restoran-restoran China besar memasukkan Haysom sebagai salah satu menu utamanya.
Sup Sarang Burung Walet: Segar Berenergi
Jika dengar kata ludah mungkin ada sebagian orang yang merasa jijik. Beberapa negara seperti Singapura, Hong Kong dan RRC meludah dilarang keras oleh hukum. Tapi toh di negara dengan penerapan hukum sekeras Singapura sekalipun, tetap ada satu mahluk yang tak dilarang meludah, bahkan justru dianjurkan karena bisa meningkatkan devisa negara.
Mahluk yang ludahnya begitu berharga itu tak lain dan tak bukan adalah burung walet. Dengan air liurnya yang kental burung walet membuat sarangnya. Air liur yang kental itu akan mengering saat terkena udara. Dewasa ini di dunia dikenal 2 jenis sarang burung walet yakni sarang burung walet yang dipanen di gua-gua di pegunungan, serta sarang burung walet yang dipanen di atap rumah-rumah tua yang lebih popular sebagai sarang burung walet rumahan. Burung walet yang membuat sarangnya di atap rumah tua biasanya telah dibudidayakan oleh keluarga atau perusahaan yang menjalankan bisnis seperti ini sejak lama. Karena sifatnya yang alami dan langka (Banyak pemanen sarang burung walet yang menemui ajalnya setiap tahun saat memanen di gua) harga jual sarang burung walet gua jauh lebih mahal dibandingkan sarang walet rumahan. Di pasaran juga dikenal istilah sarang burung walet bersih dan kotor. Yang bersih adalah sarang burung walet yang sudah dicuci dan dibersihkan serta siap untuk dimasak.
Sarang burung walet umumnya mudah didapatkan di pasar atau toko obat di pecinan. Biasanya dijual dalam kemasan atau kiloan. Di restoran sarang burung walet biasanya disajikan dalam bentuk sup atau manisan sebagai makanan penutup. Yan Wo begitu namanya dilafalkan dalam bahasa Mandarin, sudah selama berabad-abad dijadikan makanan kaum kelas atas.
Kandungan gizinya yang tinggi membuatnya dipercaya memiliki khasiat sebagai aphrodisiac yang di masa tertentu hanya bisa dinikmati oleh kaum bangsawan di Tiongkok Kuno. Banyak sinshe dan ahli pengobatan China tradisional yang mencampurkan sarang burung walet ke dalam tonik penguat. Belakangan sup sarang burung walet dikemas dan diproduksi secara modern sebagai salah satu tonik penambah energi. Sayang harganya sangatlah mahal sehingga walau jaman telah modern dan kaum bangsawan tak lagi memonopoli segala segi di muka bumi ini, sarang burung walet masih tak terjangkau oleh semua orang.
Jika ingin mencoba sendiri khasiatnya dirumah, buatlah sup sarang burung walet dengan bahan dasar sarang burung walet yang telah dibersihkan lalu dimasak dalam kaldu ayam. Cukup tambahkan bumbu seperti lada hitam, bawang putih, dan jahe. Jika ingin khasiatnya lebih bertambah, bisa tambahkan ginseng atau akar teratai yang juga berkhasiat sebagai pembangkit gairah.
Asparagus
Tian Men Dong (akar gerbang surgawi) atau Wan Sui Teng (akar panjang umur) begitu namanya disebut dalam bahasa Mandarin. Hampir setiap restoran yang menjual masakan Cina memasukkan asparagus ke dalam daftar menunya. Biasanya dibuat sup kepiting atau ditumis.
Kepopuleran asparagus sebagai salah satu menu favorit di restoran Cina ternyata terpulang pada khasiat-khasiat yang dimiliki tumbuhan ini. Asparagus dalam khasanah ilmu pengobatan Cina tradisional telah lama digunakan sebagai salah satu makanan sehat yang sekaligus bermanfaatn mengobati berbagai penyakit mulai dari arthritis sampai masalah kesuburan.
Hasil penelitian ilmiah secara modern menunjukkan bahwa asparagus mengandung steroidal glikosida yang memiliki efek anti pembengkakan. Satu setengah mangkuk asparagus yang telah dimasak mengandung sejumlah besar asam folik, vitamin C, potassium, dan beta karotin. Asam Folik membantu mengurangi cacat bawaan pada bayi, kanker panggul, usus dan dubur, serta bermanfaat untuk mencegah penyakit-penyakit jantung. Kandungan vitamin C nya sementara itu dapat membantu tubuh mencegah kanker, penyakit jantung serta meningkatkan daya tahan tubuh. Potassium membantu meregulasikan keseimbangan elektrolit dalam sel dan menjaga fungsi jantung dan tekanan darah yang normal. Dengan kandungan seperti ini asparagus yang tak mengandung lemak, kolesterol dan sodium jelas pantas disebut sebagai makanan yang sehat. Seorang peneliti di Italia pada tahun 1991 menemukan fungsi lain dari asparagus yang ternyata banyak membantu keberhasilan pasangan yang mengikuti program bayi tabung.
Akan halnya di Cina, Asparagus telah lama dipercaya sebagai makanan yang memiliki efek aphrodisiac. Catatan mengenai khasiat asparagus banyak ditemukan dalam berbagai kitab pengobatan di Cina. Seorang alkemis bernama Go Hong dalam sebuah kitab klasik Taois pernah menyebutkan kisah seorang pria bernama Du Ziwei yang setelah mengkonsumsi asparagus selama bertahun-tahun jadi begitu perkasa hingga sanggup membahagiakan ke 80 isteri dan selirnya. Du juga sanggup berjalan sepanjang 50 li setiap hari dan berumur panjang sampai 145 tahun
Burung Murai Sadar Bercermin
HAMBURG, SELASA - Jika Anda memiliki burung, coba sekali-sekali hadapkan ke depan cermin. Apa reaksinya. Apakah ia menolehkan kepala ke kanan dan kiri layaknya manusia yang tengah berdandan?
Umumnya hal tersebut merupakan kemampuan dasar primata seperti simpanse dan manusia. Lumba-lumba dan gajah juga telah terbukti punya kemampaun tersebut.
Sebagian burung ternyata memang dapat melakukannya dan mengenalinya dirinya di depan cermin. Namun, tak semua jenis burung. Burung betet dan beo memang merespon cermin namun mereka tak tahu bahwa di balik cermin adalah bayangannya.
Hanya burung-burung yang memiliki interaksi sosial tinggi yang mengenali bayangan dirinya di balik cermin. Terutama burung dari kelompok gagak. Baru-baru ini, burung murai dari spesies Pica pica juga lulus tes bercermin.
Dalam percobaan di laboratorium, peneliti Jerman dari Universitas Goethe Frankfurt, menguji lima ekor murai. Masing-masing bernama Gerti, Goldie, Harvey, Lilly, dan Schatzi. Pada masing-masing bulunya ditempelkan stiker berwarna kuning dan merah yang hanya dapat dilihat dari cermin.
Saat dihadapkan di depan cermin, burung-burung murai tersebut sangat sibuk memperhatikan tanda yang kontras di tubuhnya itu. Masing-masing kemudian mencoba meraihnya dengan paruh dan kukunya. Dalam beberapa kali percobaan, mereka sukses melepaskannya dan berhenti setelah berhasil.
Namun, saat diberi stiker berwarna hitam yang tidak terlalu berbeda warna dengan bulunya, mereka tak terlalu meresponnya. Burung-burung tersebut juga tak melakukan tindakan apapun terhadap stiker tersebut saat tidak dihadapkan pada cermin.
"Secara umum, hasilnya menunjukkan bahwa burung murai mampu memahami bahwa bayangan dirinya di cermin," demikian kesimpulan yang dimuat para peneliti dalam jurnal PLoS Biology edisi terbaru. Mereka menyatakan tidak sampai meneliti tingkat pengenalannya namun baru sekadar respon terhadap bayangan sendiri.
Pengenalan bayangan diri sendiri merupakan faktor penting dalam interaksi. Antara lain untuk membandingkan pengalamannya dengan pengalaman sesamanya.
Sumber : Kompas.com
Umumnya hal tersebut merupakan kemampuan dasar primata seperti simpanse dan manusia. Lumba-lumba dan gajah juga telah terbukti punya kemampaun tersebut.
Sebagian burung ternyata memang dapat melakukannya dan mengenalinya dirinya di depan cermin. Namun, tak semua jenis burung. Burung betet dan beo memang merespon cermin namun mereka tak tahu bahwa di balik cermin adalah bayangannya.
Hanya burung-burung yang memiliki interaksi sosial tinggi yang mengenali bayangan dirinya di balik cermin. Terutama burung dari kelompok gagak. Baru-baru ini, burung murai dari spesies Pica pica juga lulus tes bercermin.
Dalam percobaan di laboratorium, peneliti Jerman dari Universitas Goethe Frankfurt, menguji lima ekor murai. Masing-masing bernama Gerti, Goldie, Harvey, Lilly, dan Schatzi. Pada masing-masing bulunya ditempelkan stiker berwarna kuning dan merah yang hanya dapat dilihat dari cermin.
Saat dihadapkan di depan cermin, burung-burung murai tersebut sangat sibuk memperhatikan tanda yang kontras di tubuhnya itu. Masing-masing kemudian mencoba meraihnya dengan paruh dan kukunya. Dalam beberapa kali percobaan, mereka sukses melepaskannya dan berhenti setelah berhasil.
Namun, saat diberi stiker berwarna hitam yang tidak terlalu berbeda warna dengan bulunya, mereka tak terlalu meresponnya. Burung-burung tersebut juga tak melakukan tindakan apapun terhadap stiker tersebut saat tidak dihadapkan pada cermin.
"Secara umum, hasilnya menunjukkan bahwa burung murai mampu memahami bahwa bayangan dirinya di cermin," demikian kesimpulan yang dimuat para peneliti dalam jurnal PLoS Biology edisi terbaru. Mereka menyatakan tidak sampai meneliti tingkat pengenalannya namun baru sekadar respon terhadap bayangan sendiri.
Pengenalan bayangan diri sendiri merupakan faktor penting dalam interaksi. Antara lain untuk membandingkan pengalamannya dengan pengalaman sesamanya.
Sumber : Kompas.com
Selasa, 14 Oktober 2008
Bird's Nest in Chinese Cuisine
The nests in making bird's nest soups are exclusively those of swiflets, the birds from the family of common swallow. These highly prized nests are built and clung to the ceiling of the caves as high as 70m by the birds mostly of seaweed that is mixed by their own saliva, making the process of harvesting an ordeal and expensive. Swiflets nests are mostly found on cliffs in areas along the Southern Chinese coast and South East Asia .
Bird’s nests are available in two forms – complete piece (cup shaped) which is better in quality, or broken pieces; and in two conditions -clean (often pale yellowish unless it’s another variety called “bloody bird’s nest” which is reddish in color) or unclean (blackish, contaminated with feathers and twigs). The best kind is devoid of pinfeathers and foreign particles and in good shape. The preparation of unclean bird’s nests can be a very tedious task. First you need to soak them for at least a day. It will expand, loosening most impurities to float to the top. Wash the nests under running water and repeat the process if necessary until nothing comes loose by itself anymore.
The remaining stubborn impurities stuck in the nests will have to be patiently hand picked using a pair of tweezers aided by a pair of sharp eyes, which explains why, despite the price difference, very few people would go for the unclean nests. For clean nests, soak in cold water for about 3 hours or until soft, then clean them under running water and they are ready to go.
It's expensive, difficult to prepare and not to mention, made from spit??!! Give me really good reasons why I should even think of trying it.
Rich in protein, calcium, iron and other nutrients, bird's nest is good for all, young and old, men and women, the sick and mother-to-be. T he Chinese have been relishing bird's nest as medicinal gourmet food for centuries and believe it replenishes and nourishes the internal organs, speed up recovery from illness, and boosts overall well being. Of all, the most widely known benefit of consuming bird's nest is its ability to rejuvenate, restore youthfulness and ensure glowing and wrinkle-free complexion, the one reason sufficient to explain why it is such a hot commodity and luxury to the Chinese women. Last but not least, it tastes good too!
OK, now I have spent 12 hours cleaning the bird's nest and know all the good things it can do to my skin, how do I cook them??!
Although it is a gourmet food, cooking bird's nest is relatively simple, employing very few other ingredients and methods in cooking them. In most occasions, if not all, bird's nests are either served in soup with chicken, ham or quail eggs and seasoned with salt; or as dessert where they are double-boiled with water and rock sugar. The texture of cooked bird's nests is like that of strings of agar-agar or jelly. Alternatively, one can easily buy ready made "Bird's Nest with Rock sugar" in bottles in Chinese specialty stores and some supermarkets with Asian sections.
A few Bird's nest recipes for you to beautify yourself.
1) Bird's Nest with Sugar Rock
2) Bird's Nest Soup with Chinese Mushroom
Bird's Nest with Sugar Rock
Ingredients:
2 oz. bird's nests (approximately 6 whole nests)
7 tbsps. crushed rock sugar, or to taste
4 c. water
Directions:
1. Soak bird’s nests in cold water for several hours or overnight. Remove loose feathers if any. Rinse well.
2. Cover bird’s nest in water and simmer for 5 minutes. Rinse well and squeeze dry.
3. Place the bird's nests in the pot and add 4 cups of water. Bring to a boil and reduce heat to simmer until the bird's nests become soft.
4. Add rock sugar and stir to dissolve. Serve while hot.
Bird's Nest Soup with Chinese Mushroom
Ingredients:
8 oz. birds' nests
1 tbsp. vegetable oil
1 tbsp. fresh ginger root, chopped
4 oz. cooked chicken, cubed
4 oz. button mushrooms, quartered
8 oz. canned quail eggs, drained
7 ½ cups chicken stock
Directions:
1. Soak the birds' nest in water for 5 minutes, then drain.
2. Heat the oil in a saucepan.
3. Add the ginger and fry for 1 minute, stirring constantly.
4. Stir in the chicken, mushrooms, eggs and stock and bring to boil.
5. Reduce the heat to low and add birds' nests/ Simmer for 5 minutes, stirring occasionally.
6. Serve at once in bowls.
Source: http://www.chinesefood-recipes.com/food_articles/birds_nest_chinese_cuisine.php
Bird’s nests are available in two forms – complete piece (cup shaped) which is better in quality, or broken pieces; and in two conditions -clean (often pale yellowish unless it’s another variety called “bloody bird’s nest” which is reddish in color) or unclean (blackish, contaminated with feathers and twigs). The best kind is devoid of pinfeathers and foreign particles and in good shape. The preparation of unclean bird’s nests can be a very tedious task. First you need to soak them for at least a day. It will expand, loosening most impurities to float to the top. Wash the nests under running water and repeat the process if necessary until nothing comes loose by itself anymore.
The remaining stubborn impurities stuck in the nests will have to be patiently hand picked using a pair of tweezers aided by a pair of sharp eyes, which explains why, despite the price difference, very few people would go for the unclean nests. For clean nests, soak in cold water for about 3 hours or until soft, then clean them under running water and they are ready to go.
It's expensive, difficult to prepare and not to mention, made from spit??!! Give me really good reasons why I should even think of trying it.
Rich in protein, calcium, iron and other nutrients, bird's nest is good for all, young and old, men and women, the sick and mother-to-be. T he Chinese have been relishing bird's nest as medicinal gourmet food for centuries and believe it replenishes and nourishes the internal organs, speed up recovery from illness, and boosts overall well being. Of all, the most widely known benefit of consuming bird's nest is its ability to rejuvenate, restore youthfulness and ensure glowing and wrinkle-free complexion, the one reason sufficient to explain why it is such a hot commodity and luxury to the Chinese women. Last but not least, it tastes good too!
OK, now I have spent 12 hours cleaning the bird's nest and know all the good things it can do to my skin, how do I cook them??!
Although it is a gourmet food, cooking bird's nest is relatively simple, employing very few other ingredients and methods in cooking them. In most occasions, if not all, bird's nests are either served in soup with chicken, ham or quail eggs and seasoned with salt; or as dessert where they are double-boiled with water and rock sugar. The texture of cooked bird's nests is like that of strings of agar-agar or jelly. Alternatively, one can easily buy ready made "Bird's Nest with Rock sugar" in bottles in Chinese specialty stores and some supermarkets with Asian sections.
A few Bird's nest recipes for you to beautify yourself.
1) Bird's Nest with Sugar Rock
2) Bird's Nest Soup with Chinese Mushroom
Bird's Nest with Sugar Rock
Ingredients:
2 oz. bird's nests (approximately 6 whole nests)
7 tbsps. crushed rock sugar, or to taste
4 c. water
Directions:
1. Soak bird’s nests in cold water for several hours or overnight. Remove loose feathers if any. Rinse well.
2. Cover bird’s nest in water and simmer for 5 minutes. Rinse well and squeeze dry.
3. Place the bird's nests in the pot and add 4 cups of water. Bring to a boil and reduce heat to simmer until the bird's nests become soft.
4. Add rock sugar and stir to dissolve. Serve while hot.
Bird's Nest Soup with Chinese Mushroom
Ingredients:
8 oz. birds' nests
1 tbsp. vegetable oil
1 tbsp. fresh ginger root, chopped
4 oz. cooked chicken, cubed
4 oz. button mushrooms, quartered
8 oz. canned quail eggs, drained
7 ½ cups chicken stock
Directions:
1. Soak the birds' nest in water for 5 minutes, then drain.
2. Heat the oil in a saucepan.
3. Add the ginger and fry for 1 minute, stirring constantly.
4. Stir in the chicken, mushrooms, eggs and stock and bring to boil.
5. Reduce the heat to low and add birds' nests/ Simmer for 5 minutes, stirring occasionally.
6. Serve at once in bowls.
Source: http://www.chinesefood-recipes.com/food_articles/birds_nest_chinese_cuisine.php
The Story of Bird's Nest Soup
The Emperor and the Cook:
The Story of Bird's Nest Soup
(by A. M. Zukarnaen)
--------------------------------------------------------------------------------
Long ago in China, there was an Emperor who loved to taste different gourmet dishes made by the Royal Cook. Each dish was exotic and different every day.
One day the cook ran out of ideas and desperately needed to find a new dish to prepare for the Emperor. The Emperor had decreed that if the cook could not prepare a new and different dish daily, that he would not only lose his position as the roayl Cook, but also his head.
The Royal Cook decided to take a walk to the harbour to see if he could find something new and exotic to cook. He came across a merchant who had showed him a bird's nest from Borneo.
"How do I cook this?" says the cook, looking at the bird's nest.
"You're the cook. They eat this in Borneo; I just buy it, I don't prepare it. It has some potent longevity properties, that's what I was told," said the merchant.
True to his profession, however, the cook did his best and prepared the bird's nest in a form of soup.
Knowing the Emperor's passion for Feng Shui and longevity, the Royal Cook cunningly presented the soup with a dragon on one side and a phoenix on the other, with the soup in the middle.
"What have you brought me today?" asked the Emperor.
"Longevity soup, Your Highness," replied the Royal Cook.
The Emperor's eyes lit up, and he eagerly tasted the soup. It smelled sweet and aromatic, just as he liked it; however, when he tasted the soup, it was plain. The Royal Cook held his breath.
"this tastes like ordinary soup," he said, "I can get this anywhere in my Kingdom."
"Taste it again, please, Your Majesty," urged the cook.
The Emperor took another spoonful. "It still tastes ordinary."
"Please take one more sip, Your Majesty," the cook urged again, fearful for his life.
"All right, but if I don't taste anything different, I'll have your head," threatened the Emperor.
The cook had to think fast. "In Borneo..." he started.
The Emperor's eyes lit up, because he knew that it was an exotic place. The pillars of the Forbidden City were made from timbers that came from Borneo.
"In Borneo, the people there eat this soup for longevity. It keeps the people young and healthy. It lengthens their years, and they live long and prosperous lives because of this soup." The cook went on about the benefits of the soup, emphasizing the longevity properties of the dish.
"Ahhh, an exotic dish. Why didn't you say so? This dish is fit for an Emperor," the Emperor decreed.
The Royal Cook sighed with relief, as the Emperor continued to relish his dish.
Once the Emperor had finished his meal, he announced that the longevity soup was to be served to him on a regular basis, and the Royal Cook was duly rewarded.
To keep the Emperor from finding out that the longevity soup's raw ingredient was bird's nest, the Royal Cook ensured that all those who brought back the birds' nests from Borneo were killed. New crews were sent to retrieve the nests each time.
True enough, the Emperor lived a long and prosperous life.
The longevity soup was only served to the Royal Family and wealthy merchants. It was not allowed to be served to the general population.
The longevity soup became renowned as a royal dish, and its potent properties claimed by the merchant were proven to be true.
The Emperor's successors were the ones who truly benefited from the soup, as it was served to them at an early age. And now, if the longevity soup is served to guests or VIPs, they know that the host is taking care of them. After all, the dish is fit for an Emperor.
The Story of Bird's Nest Soup
(by A. M. Zukarnaen)
--------------------------------------------------------------------------------
Long ago in China, there was an Emperor who loved to taste different gourmet dishes made by the Royal Cook. Each dish was exotic and different every day.
One day the cook ran out of ideas and desperately needed to find a new dish to prepare for the Emperor. The Emperor had decreed that if the cook could not prepare a new and different dish daily, that he would not only lose his position as the roayl Cook, but also his head.
The Royal Cook decided to take a walk to the harbour to see if he could find something new and exotic to cook. He came across a merchant who had showed him a bird's nest from Borneo.
"How do I cook this?" says the cook, looking at the bird's nest.
"You're the cook. They eat this in Borneo; I just buy it, I don't prepare it. It has some potent longevity properties, that's what I was told," said the merchant.
True to his profession, however, the cook did his best and prepared the bird's nest in a form of soup.
Knowing the Emperor's passion for Feng Shui and longevity, the Royal Cook cunningly presented the soup with a dragon on one side and a phoenix on the other, with the soup in the middle.
"What have you brought me today?" asked the Emperor.
"Longevity soup, Your Highness," replied the Royal Cook.
The Emperor's eyes lit up, and he eagerly tasted the soup. It smelled sweet and aromatic, just as he liked it; however, when he tasted the soup, it was plain. The Royal Cook held his breath.
"this tastes like ordinary soup," he said, "I can get this anywhere in my Kingdom."
"Taste it again, please, Your Majesty," urged the cook.
The Emperor took another spoonful. "It still tastes ordinary."
"Please take one more sip, Your Majesty," the cook urged again, fearful for his life.
"All right, but if I don't taste anything different, I'll have your head," threatened the Emperor.
The cook had to think fast. "In Borneo..." he started.
The Emperor's eyes lit up, because he knew that it was an exotic place. The pillars of the Forbidden City were made from timbers that came from Borneo.
"In Borneo, the people there eat this soup for longevity. It keeps the people young and healthy. It lengthens their years, and they live long and prosperous lives because of this soup." The cook went on about the benefits of the soup, emphasizing the longevity properties of the dish.
"Ahhh, an exotic dish. Why didn't you say so? This dish is fit for an Emperor," the Emperor decreed.
The Royal Cook sighed with relief, as the Emperor continued to relish his dish.
Once the Emperor had finished his meal, he announced that the longevity soup was to be served to him on a regular basis, and the Royal Cook was duly rewarded.
To keep the Emperor from finding out that the longevity soup's raw ingredient was bird's nest, the Royal Cook ensured that all those who brought back the birds' nests from Borneo were killed. New crews were sent to retrieve the nests each time.
True enough, the Emperor lived a long and prosperous life.
The longevity soup was only served to the Royal Family and wealthy merchants. It was not allowed to be served to the general population.
The longevity soup became renowned as a royal dish, and its potent properties claimed by the merchant were proven to be true.
The Emperor's successors were the ones who truly benefited from the soup, as it was served to them at an early age. And now, if the longevity soup is served to guests or VIPs, they know that the host is taking care of them. After all, the dish is fit for an Emperor.
Sarawak Forestry Officers Take Bird Nests Without Permit
I just receive email and SMS from my friends mentioning that Forestry Department - Sarawak, without any advance notice suddenly force open all the BH in all towns. They take down all the birds nests, leaving baby chick birds and broken eggs on the floor.
Owners of BH crying and ask police to help but police can not help.
Below is the picture of nests and broken eggs on the floor.
Owners of BH crying and ask police to help but police can not help.
Below is the picture of nests and broken eggs on the floor.
Nunggak Pajak, Dua Rumah Walet Disita
Sumber: RADAR Semarang.com
Jumat, 08 Agustus 2008 20:56
BATANG—Dua bangunan rumah walet di Desa/Kecamatan Bandar, disita Kantor Pelayanan Pajak karena menunggak Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sejak 2006 hingga 2007. Dua rumah walet itu, milik Haryanto dengan tunggakan Rp 12 juta dan Yap Kim Loan sebesar Rp 21,9 juta.
Penyitaan ditandai dengan penempelan tulisan penyitaan oleh petugas dari Kantor Pajak disaksikan aparat kecamatan maupun pemerintahan desa. “Kami mendukung tindakan Kantor Pajak. Selama ini banyak pengusaha walet yang membandel. Masak membayar pajak saja, sampai menunggak. Padahal hasil panen sarang walet besar sekali,’’ kata Ketua Komisi C DPRD Suyono, kemarin.
Di Bandar, ada tiga bangunan besar yang dijadikan sebagai rumah burung walet. Kebanyakan, pemiliknya orang Pekalongan. Sedangkan, di Bandar hanya penjaga yang ditugasi merawat rumah burung. ’’Kami minta pengusaha sarang walet lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap desa maupun lingkungannya. Misalnya ikut berpartisipasi dalam pembangunan maupun pendanaan kegiatan sosial kemasyarakatan,’’ imbuh anggota DPRD dari Bandar, HM Sodik.
Biasanya, saat panen sarang burung, tak satupun pemilik yang memberikan imbalan bagi desa. Untuk itu, diminta kesadaranya untuk menjalin keharmonisan. Camat Bandar, Agung Wisnu B, setuju dengan langkah Kantor Pajak yang melakukan penyitaan. ’’Ini untuk memberikan contoh sebagai warga negara yang baik, harus membayar pajak. Lha wong rakyat Bandar yang miskin saja, lunas membayar pajak. Ini pengusaha besar yang sekali panen bisa menghasilkan ratusan juta, malah nunggak pajak sampai dua tahun,’’ tukas Camat.
Memang selama ini pendapatan Pajak Sarang Burung Walet 2003-2007 terus meningkat. Pada 2003 sebesar Rp 63,1 juta, 2004 menjadi Rp 75,5 juta. Kemudian pada 2005 Rp 87,4 juta, 2006 Rp 100,2 juta dan 2007 sebesar Rp 113,3 juta. Namun, ditengarai potensi pajak sarang walet masih sangat besar. Petugas pajak maupun Dipenda masih kesulitan menghitung hasil panenan sarang walet. (dik/ida)
Jumat, 08 Agustus 2008 20:56
BATANG—Dua bangunan rumah walet di Desa/Kecamatan Bandar, disita Kantor Pelayanan Pajak karena menunggak Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sejak 2006 hingga 2007. Dua rumah walet itu, milik Haryanto dengan tunggakan Rp 12 juta dan Yap Kim Loan sebesar Rp 21,9 juta.
Penyitaan ditandai dengan penempelan tulisan penyitaan oleh petugas dari Kantor Pajak disaksikan aparat kecamatan maupun pemerintahan desa. “Kami mendukung tindakan Kantor Pajak. Selama ini banyak pengusaha walet yang membandel. Masak membayar pajak saja, sampai menunggak. Padahal hasil panen sarang walet besar sekali,’’ kata Ketua Komisi C DPRD Suyono, kemarin.
Di Bandar, ada tiga bangunan besar yang dijadikan sebagai rumah burung walet. Kebanyakan, pemiliknya orang Pekalongan. Sedangkan, di Bandar hanya penjaga yang ditugasi merawat rumah burung. ’’Kami minta pengusaha sarang walet lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap desa maupun lingkungannya. Misalnya ikut berpartisipasi dalam pembangunan maupun pendanaan kegiatan sosial kemasyarakatan,’’ imbuh anggota DPRD dari Bandar, HM Sodik.
Biasanya, saat panen sarang burung, tak satupun pemilik yang memberikan imbalan bagi desa. Untuk itu, diminta kesadaranya untuk menjalin keharmonisan. Camat Bandar, Agung Wisnu B, setuju dengan langkah Kantor Pajak yang melakukan penyitaan. ’’Ini untuk memberikan contoh sebagai warga negara yang baik, harus membayar pajak. Lha wong rakyat Bandar yang miskin saja, lunas membayar pajak. Ini pengusaha besar yang sekali panen bisa menghasilkan ratusan juta, malah nunggak pajak sampai dua tahun,’’ tukas Camat.
Memang selama ini pendapatan Pajak Sarang Burung Walet 2003-2007 terus meningkat. Pada 2003 sebesar Rp 63,1 juta, 2004 menjadi Rp 75,5 juta. Kemudian pada 2005 Rp 87,4 juta, 2006 Rp 100,2 juta dan 2007 sebesar Rp 113,3 juta. Namun, ditengarai potensi pajak sarang walet masih sangat besar. Petugas pajak maupun Dipenda masih kesulitan menghitung hasil panenan sarang walet. (dik/ida)
Minggu, 12 Oktober 2008
Blog VS Seminar
Beberapa hari yang lalu saya menerima telpon dari salah seorang pembaca catatan saya yang menanyakan tentang Seminar yang akan diselenggarakan pada tanggal 29 - 30 November 2008. Pembaca tersebut menanyakan materi - materi yang akan dibahas dalam seminar tersebut. Interesting! demikian jawabannya setelah saya jelaskan materi yang akan saya dan rekan saya bahas di seminar tersebut.
Pembaca tersebut lalu mengemukakan bahwa dia juga membaca di blog walet lainnya yang mengatakan bahwa blog nya berisi banyak informasi mengenai budidaya walet dan isinya lebih dari 10 - 20 seminar. Oh... itu betul... tapi seminar budidaya walet yang mana yang dimaksudkan? Kalau yang dimaksudkan seminar yang dibuat oleh KONSULTAN di Malaysia ya mungkin saja.... tapi saya tidak tahu apa isi seminar budidaya walet di sana. Dan secara pribadi saya tidak bermasalah dengan apa yang ditulis oleh bloger tersebut. Mereka juga rekan-rekan saya.
Seminar berbeda dengan blog. Di seminar kita dapat berinteraksi langsung dengan pembicara seminar dan rekan-rekan pembudidaya walet lainya yang mempunyai pengalaman dan masalah. Di sini kita akan banyak belajar dari para pembudidaya walet yang berpengalaman, masalah-masalah yang dihadapinya dan bagaimana solusinya yang akan dipandu dan dibahas tuntas oleh pembicara seminar.
Kalau blog, anda hanya pasif menerima apa yang disampaikan lewat tulisannya... kalau tidak seide, bisa juga menyampaikan lewat email, mau dijawab atau tidak dijawab suka-suka dia. Kalau di seminar, kalau tidak dijawab, hajar saja pembicaranya... sudah bayar koq tanya nggak dijawab ya.... he he he.
Seminar memang ada biayanya sedangkan blog gratis untuk dibaca.
Kenapa? Penyelenggara seminar harus menyewa tempat, membayar pembicara seminar, menyediakan makanan, makalah, alat-alat tulis dan perlengkapan seminar lainnya serta CD suara walet yang mempunyai nilai tersendiri. Dan tak kalah pentingnya, biaya Research and Development yang harus ditanggung oleh pembicara seminar baik waktu dan materi yang dikeluarkan selama melakukan R & D... pengorbanan inilah yang harus dibayar oleh peserta seminar, karena dalam melakukan R & D, RBW yang digunakan untuk R & D akan mengalami pelambatan dalam jangka waktu tertentu sampai ditemukan teknik-teknik dan formula yang sesuai untuk memikat dan pengembangan populasi walet.
Pembaca tersebut lalu mengemukakan bahwa dia juga membaca di blog walet lainnya yang mengatakan bahwa blog nya berisi banyak informasi mengenai budidaya walet dan isinya lebih dari 10 - 20 seminar. Oh... itu betul... tapi seminar budidaya walet yang mana yang dimaksudkan? Kalau yang dimaksudkan seminar yang dibuat oleh KONSULTAN di Malaysia ya mungkin saja.... tapi saya tidak tahu apa isi seminar budidaya walet di sana. Dan secara pribadi saya tidak bermasalah dengan apa yang ditulis oleh bloger tersebut. Mereka juga rekan-rekan saya.
Seminar berbeda dengan blog. Di seminar kita dapat berinteraksi langsung dengan pembicara seminar dan rekan-rekan pembudidaya walet lainya yang mempunyai pengalaman dan masalah. Di sini kita akan banyak belajar dari para pembudidaya walet yang berpengalaman, masalah-masalah yang dihadapinya dan bagaimana solusinya yang akan dipandu dan dibahas tuntas oleh pembicara seminar.
Kalau blog, anda hanya pasif menerima apa yang disampaikan lewat tulisannya... kalau tidak seide, bisa juga menyampaikan lewat email, mau dijawab atau tidak dijawab suka-suka dia. Kalau di seminar, kalau tidak dijawab, hajar saja pembicaranya... sudah bayar koq tanya nggak dijawab ya.... he he he.
Seminar memang ada biayanya sedangkan blog gratis untuk dibaca.
Kenapa? Penyelenggara seminar harus menyewa tempat, membayar pembicara seminar, menyediakan makanan, makalah, alat-alat tulis dan perlengkapan seminar lainnya serta CD suara walet yang mempunyai nilai tersendiri. Dan tak kalah pentingnya, biaya Research and Development yang harus ditanggung oleh pembicara seminar baik waktu dan materi yang dikeluarkan selama melakukan R & D... pengorbanan inilah yang harus dibayar oleh peserta seminar, karena dalam melakukan R & D, RBW yang digunakan untuk R & D akan mengalami pelambatan dalam jangka waktu tertentu sampai ditemukan teknik-teknik dan formula yang sesuai untuk memikat dan pengembangan populasi walet.
Sabtu, 11 Oktober 2008
Mendesain Rumah Burung Walet
Sebagaimana kita ketahui bahwa ada beberapa desain rumah burung walet, di antaranya tipe menara A, B, C, O type, serta open roof type. Di dalam buku saya sedikit menyinggung tipe rumah burung walet karena saya tidak menaruh perhatian dengan tipe-tipe RBW, tetapi saya menitikberatkan bagaimana agar RBW dapat segera dihuni oleh burung walet.
Di buku tersebut saya menitikberatkan pada arus putar, jalur terbang burung, penempatan lubang masuk burung dan suara walet untuk memikat burung serta penempatan tweeter.
Untuk menentukan lubang masuk burung, sebaiknya kita mengetahui jalur terbang burung dan arus putar burung, oleh karena itu diperlukan observasi. Obsevasi di lapangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, hal ini bergantung pengalaman seseorang. Bagi orang yang berpengalaman, dengan hanya melihat sepintas lalu saja sudah tahu mengenai jalur terbang dan arus putar burung. Bahkan hanya dengan melalui gambar dan/atau video yang dikirim melalui MMS atau melalui email, sudah dapat menentukan letak lubang masuk burung yang effektif.
Bagi orang yang belum berpengalaman memang perlu untuk observasi sampai naik ke atas genting untuk melongok lubang masuk burung tetangga atau bahkan mencuri pandang internal desain rumah burung tetangga.
Memang benar di dalam buku SJMW, saya sebutkan bila di lokasi tersebut terdapat RBW yang telah berproduksi dan sukses sebaiknya kita membuat desain RBW dan LMB yang sama dengan RBW tersebut. Maksudnya? Silakan baca lagi buku SJMW, di sini saya bahas koq.
Jadi, kalau memang berpengalaman dalam bidang budidaya walet, dalam hal ini desain RBW, tidak perlulah memanjat sampai ke atas genting untuk mengetahui jalur terbang dan arus putar burung. Kalau hal ini kita lakukan, ini menunjukkan bahwa kita tidak memahami basic concept budidaya burung walet.
You know what I mean. Good Luck!
Jumat, 10 Oktober 2008
Laskar Pelangi
Pengantar
Mungkin pembaca catatan saya heran mengapa saya memuat "Laskar Pelangi" dan tidak ada kaitannya dengan budidaya walet. Yang ingin saya sampaikan dengan memuat artikel-artikel ini adalah untuk mengingatkan rekan-rekan bahwa dalam budidaya walet perlu ketekunan, kesabaran, jangan pernah menyerah. Dan harapan saya "Laskar Pelangi" dapat memberi inspirasi dan memotivasi kita dalam segala bidang termasuk bidang budidaya walet.
Trailer Laskar Pelangi the Movie
Laskar Pelangi
Ini kisah nyata tentang sepuluh anak kampung di Pulau Belitong, Sumatera. Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya nyaris rubuh dan kalau malam jadi kandang ternak. Sekolah itu nyaris ditutup karena muridnya tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal. Pada hari pendaftaran murid baru, kepala sekolah dan ibu guru satu-satunya yang mengajar di SD itu tegang. Sebab sampai siang jumlah murid baru sembilan. Kepala sekolah bahkan sudah menyiapkan naskah pidato penutupan SD tersebut. Namun pada saat kritis, seorang ibu mendaftarkan anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. "Mohon agar anak saya bisa diterima. Sebab Sekolah Luar Biasa hanya ada di Bangka," mohon sang ibu. Semua gembira. Harun, nama anak itu, menyelamatkan SD tersebut. Sekolah pun tak jadi ditutup walau sepanjang beroperasi muridnya cuma sebelas. Kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitong itu diangkat dalam novel dengan judul Laskar Pelangi oleh Andrea Hirata, salah satu dari sepuluh anak itu. Di buku tersebut Andrea mengangkat cerita bagaimana semangat anak-anak kampung miskin itu belajar dalam segala keterbatasan. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang berlubang hingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama.
Kisah yang tadinya bukan untuk diterbitkan itu ternyata mampu menginspirasi banyak orang. Seorang ibu di Bandung, misalnya, mengirim surat ke Kick Andy. Isinya minta agar kisah tersebut diangkat di Kick Andy karena anaknya yang membaca buku Laskar Pelangi kini bertobat dan keluar dari jerat narkoba. "Setiap malam saya mendengar suara tangis dari kamar Niko anak saya. Setelah saya intip, dia sedang membaca sebuah novel. Setelah itu, Niko berubah. Dia jadi semangat untuk ikut rehabilitasi. Kini Niko berhasil berhenti sebagai pecandu narkoba setelah membaca buku Laskar Pelangi," ungkap Windarti Kosasih, sang ibu. Sementara Sisca yang hadir di Kick Andy mengaku setelah membaca novel itu, terdorong untuk memperbaiki hubungannya dengan sang ayah yang selama ini rusak. Begitu juga Febi, salah satu pembaca, langsung terinspirasi untuk membantu menyumbangkan buku untuk sekolah-sekolah miskin di beberapa tempat. "Saya kagum karena anak-anak yang diceritakan di buku itu penuh semangat walau fasilitas di sekolah itu jauh dari memadai," ujar Febi yang juga datang ke Kick Andy untuk bersaksi. Andrea sendiri mengaku novel itu awalnya hanya merupakan catatan kenangannya terhadap masa kecilnya di Belitong. Dia selalu teringat sahabat-sahabatnya di masa kecil, terutama Lintang. Sebab tokoh Lintang merupakan murid yang cerdas dan penuh semangat walau hidup dalam kemiskinan. Setiap hari Lintang harus mengayuh sepeda tua yang saering putus rantainya ke sekolah. Pulang pergi sejauh 80 km. Bahkan harus melewati sungai yang banyak buayanya. Sayang, cita-cita Lintang untuk bisa sekolah ke luar negeri, seperti yang sering didorong oleh guru mereka, terpaksa kandas. Lintang bahkan tak tamat SMP karena orangtuanya yang nelayan tidak mampu membiayai. "Lintang adalah sosok yang menginspirasi saya. Karena itu, saya bertekad meneruskan cita-cita Lintang," ujar Andrea, yang sekian puluh tahun kemudian berhasil mendapat beasiswa sekolah ke Sorbonne, Prancis. Tim Kick Andy yang mendatangi kampung tempat SD itu berdiri, di Belitong, berhasil menemukan beberapa dari tokoh anak-anak di dalam novel tersebut. Mereka kini sudah dewasa. Namun kenangan tentang masa kecil itu sangat kuat membekas. Terutama pada ibu guru Muslimah yang sangat mereka cintai. "Buku Laskar Pelangi memang saya persembahkan untuk Ibu Mus yang sangat tabah dan pantang menyerah dalam mendidik kami," ujar Andrea. Maka sungguh menarik menyaksikan bagaimana Kick Andy mempertemukan Andrea dengan Ibu Guru Muslimah di studio Metro TV. Apalagi ketika Bu Mus membawa barang-barang yang mempunyai kenangan tersendiri bagi Andrea dan teman-teman kecilnya dulu di kampung. Kenangan yang diceritakan kembali oleh Andrea dengan jenaka. Juga termasuk darimana Andrea mengambil nama yang dipakainya hingga sekarang ini. Sungguh sebuah novel -- yang diangkat dari kisah nyata -- yang sangat menggugah. Novel yang membuat siapa pun yang membaca akan merasa bersalah dan berdosa jika tidak mensyukuri hidup. Itu pula sebabnya sutradara Riri Reza dan Produser Mira Lesmana tertarik untuk mengangkat kisah ini ke layar film.
Komentar Handito Joewono
President Branding Indonesia dan Chief Strategy Consultant ARRBEY
Yang harus kalian ingat, anak-anakku: Jangan cepat menyerah. Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya”, begitu kira-kira pesan Pak Cik sebelum meninggal di ruang kelas SD Muhammadiyah di Pulau Belitong yang dipimpinnya. Lengkaplah tugas Pak Cik sebagai ’pahlawan’ dan guru bagi Laskar Pelangi. Pahlawan memang harus mati, tetapi cita-citanya abadi. Bahkan semasa hidupnya, Pak Cik pernah berucap kepada ibu guru Muslimah ”Tugas kita adalah meyakini anak-anak agar mereka berani punya cita-cita.” Saya tersentak, tertegun, terharu, tersenyum dan tertawa sekaligus saat menonton film layar lebar Laskar Pelangi bersama dengan tepat sepuluh orang anggota keluarga kami seperti jumlah anggota Laskar Pelangi. Film hebat ini diangkat dari novel karya Andrea Herata yang ’dibesarkan’ oleh Kick Andy. Disana ada sosok ibu guru Muslimah yang penuh dedikasi. ”Mimpi aku bukan jadi istri saudagar. Mimpi aku jadi guru.” Disana ada guru kepala Pak Cik yang punya pandangan jauh ke depan dengan pesan moral yang jelas. Disitu ada Ikal ’Andrea Herata’ yang ketika masih anak picisan sudah ’bermain cinta’ dengan A Ling saudara sepupu A Kiong sahabat Ikal. Dengan prestasi sekolah biasa-biasa saja, kini hadir Andrea Herata yang fenomenal. Benar kata Pak Cik bahwa ”Kecerdasan diukur bukan dengan angka, tapi dengan hati.” Bisa jadi Ikal tidak menjadi Andrea Hirata yang sekarang kalau tidak terusik hatinya saat mengambil orderan kapur tulis untuk sekolahnya di toko tempat kerja A Ling. Romantisme diperlukan ditengah kepedihan. Di Laskar Pelangi kita bisa saksikan seorang ’jenius alami’ Lintang yang semangatnya tidak pernah luntur. Dengan tindakan nyata tanpa banyak cerita, Lintang yang datang sekolah lebih awal dan bertemu buaya ketika menuju sekolah, berhasil mengantarkan sekolahnya menjadi juara Cerdas Cermat. ’Sayang’ dia yang datang ke sekolah lebih awal terpaksa harus meninggalkan sekolah lebih awal karena tidak bisa melanjutkan sekolah ketika orang tuanya meninggal. Tetapi mungkin itu juga yang melecut hati Ikal belajar lebih jauh. Seringkali kita perlu contoh tragis agar terinspirasi. Termasuk dalam memajukan Indonesia. Tentu saja memajukan Indonesia tidak sama dan tidak bisa disamakan dengan pengelolaan sekolah dasar kecil di Belitong. Banyak warga Indonesia yang kaya dan bahkan sangat kaya, meskipun sebagian besar belum kaya dan masih miskin. Banyak anak Indonesia yang sudah sekolah S-2 atau S-3, tetapi banyak juga atau bahkan banyak banget yang tidak termotivasi untuk berprestasi. Indonesia perlu banyak ’Pak Cik’, banyak ’ibu guru Muslimah’ dan banyak ’Lintang’. Indonesia perlu lebih banyak orang yang berprinsip lebih baik memberi daripada menerima. Indonesia perlu lebih banyak anak muda yang bisa memberi inspirasi atau terinspirasi. Sekarang kita ada di bulan Oktober yang sekaligus peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda. Inilah saat yang tepat untuk kembali mencanangkan cita-cita ‘pelangi’ Indonesia sesuai dengan Sumpah Pemuda 2008 yaitu: 1) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia, 2) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia, 3) Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Mengomentari Pak Cik yang meninggal di tempat tugas, keponakan saya –Rachel- yang kelas dua SD dan waktu nonton duduk di sebelah saya nyeletuk ”Siapa yang jadi guru setelah Pak Cik meninggal? Dan saya tersadar bahwa film Laskar Pelangi sudah usai diputar. Sekarang kita kembali ke realita, memajukan Indonesia. Bisa jadi kita sedang menunggu siapa yang jadi ’Pak Cik’ untuk memajukan Indonesia. Tentu kita perlu banyak ’Pak Cik’. Pak Cik di Laskar Pelangi sudah mati dan jadi pahlawan, dan biarkan beliau menikmati kepahlawanannya. Kita lanjutkan cita-citanya sebagai inspirasi untuk memajukan Indonesia. Siapa yang seharusnya menjadi Pak Cik-Pak Cik baru? Mengapa bukan kita saja yang menjadi Pak Cik yang baru? Betul nggak?
Jakarta, 1 Oktober 2008
Handito Joewono
President Branding Indonesia dan Chief Strategy Consultant ARRBEY
Mungkin pembaca catatan saya heran mengapa saya memuat "Laskar Pelangi" dan tidak ada kaitannya dengan budidaya walet. Yang ingin saya sampaikan dengan memuat artikel-artikel ini adalah untuk mengingatkan rekan-rekan bahwa dalam budidaya walet perlu ketekunan, kesabaran, jangan pernah menyerah. Dan harapan saya "Laskar Pelangi" dapat memberi inspirasi dan memotivasi kita dalam segala bidang termasuk bidang budidaya walet.
Trailer Laskar Pelangi the Movie
Laskar Pelangi
Ini kisah nyata tentang sepuluh anak kampung di Pulau Belitong, Sumatera. Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya nyaris rubuh dan kalau malam jadi kandang ternak. Sekolah itu nyaris ditutup karena muridnya tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal. Pada hari pendaftaran murid baru, kepala sekolah dan ibu guru satu-satunya yang mengajar di SD itu tegang. Sebab sampai siang jumlah murid baru sembilan. Kepala sekolah bahkan sudah menyiapkan naskah pidato penutupan SD tersebut. Namun pada saat kritis, seorang ibu mendaftarkan anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. "Mohon agar anak saya bisa diterima. Sebab Sekolah Luar Biasa hanya ada di Bangka," mohon sang ibu. Semua gembira. Harun, nama anak itu, menyelamatkan SD tersebut. Sekolah pun tak jadi ditutup walau sepanjang beroperasi muridnya cuma sebelas. Kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitong itu diangkat dalam novel dengan judul Laskar Pelangi oleh Andrea Hirata, salah satu dari sepuluh anak itu. Di buku tersebut Andrea mengangkat cerita bagaimana semangat anak-anak kampung miskin itu belajar dalam segala keterbatasan. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang berlubang hingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama.
Kisah yang tadinya bukan untuk diterbitkan itu ternyata mampu menginspirasi banyak orang. Seorang ibu di Bandung, misalnya, mengirim surat ke Kick Andy. Isinya minta agar kisah tersebut diangkat di Kick Andy karena anaknya yang membaca buku Laskar Pelangi kini bertobat dan keluar dari jerat narkoba. "Setiap malam saya mendengar suara tangis dari kamar Niko anak saya. Setelah saya intip, dia sedang membaca sebuah novel. Setelah itu, Niko berubah. Dia jadi semangat untuk ikut rehabilitasi. Kini Niko berhasil berhenti sebagai pecandu narkoba setelah membaca buku Laskar Pelangi," ungkap Windarti Kosasih, sang ibu. Sementara Sisca yang hadir di Kick Andy mengaku setelah membaca novel itu, terdorong untuk memperbaiki hubungannya dengan sang ayah yang selama ini rusak. Begitu juga Febi, salah satu pembaca, langsung terinspirasi untuk membantu menyumbangkan buku untuk sekolah-sekolah miskin di beberapa tempat. "Saya kagum karena anak-anak yang diceritakan di buku itu penuh semangat walau fasilitas di sekolah itu jauh dari memadai," ujar Febi yang juga datang ke Kick Andy untuk bersaksi. Andrea sendiri mengaku novel itu awalnya hanya merupakan catatan kenangannya terhadap masa kecilnya di Belitong. Dia selalu teringat sahabat-sahabatnya di masa kecil, terutama Lintang. Sebab tokoh Lintang merupakan murid yang cerdas dan penuh semangat walau hidup dalam kemiskinan. Setiap hari Lintang harus mengayuh sepeda tua yang saering putus rantainya ke sekolah. Pulang pergi sejauh 80 km. Bahkan harus melewati sungai yang banyak buayanya. Sayang, cita-cita Lintang untuk bisa sekolah ke luar negeri, seperti yang sering didorong oleh guru mereka, terpaksa kandas. Lintang bahkan tak tamat SMP karena orangtuanya yang nelayan tidak mampu membiayai. "Lintang adalah sosok yang menginspirasi saya. Karena itu, saya bertekad meneruskan cita-cita Lintang," ujar Andrea, yang sekian puluh tahun kemudian berhasil mendapat beasiswa sekolah ke Sorbonne, Prancis. Tim Kick Andy yang mendatangi kampung tempat SD itu berdiri, di Belitong, berhasil menemukan beberapa dari tokoh anak-anak di dalam novel tersebut. Mereka kini sudah dewasa. Namun kenangan tentang masa kecil itu sangat kuat membekas. Terutama pada ibu guru Muslimah yang sangat mereka cintai. "Buku Laskar Pelangi memang saya persembahkan untuk Ibu Mus yang sangat tabah dan pantang menyerah dalam mendidik kami," ujar Andrea. Maka sungguh menarik menyaksikan bagaimana Kick Andy mempertemukan Andrea dengan Ibu Guru Muslimah di studio Metro TV. Apalagi ketika Bu Mus membawa barang-barang yang mempunyai kenangan tersendiri bagi Andrea dan teman-teman kecilnya dulu di kampung. Kenangan yang diceritakan kembali oleh Andrea dengan jenaka. Juga termasuk darimana Andrea mengambil nama yang dipakainya hingga sekarang ini. Sungguh sebuah novel -- yang diangkat dari kisah nyata -- yang sangat menggugah. Novel yang membuat siapa pun yang membaca akan merasa bersalah dan berdosa jika tidak mensyukuri hidup. Itu pula sebabnya sutradara Riri Reza dan Produser Mira Lesmana tertarik untuk mengangkat kisah ini ke layar film.
Komentar Handito Joewono
President Branding Indonesia dan Chief Strategy Consultant ARRBEY
Yang harus kalian ingat, anak-anakku: Jangan cepat menyerah. Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya”, begitu kira-kira pesan Pak Cik sebelum meninggal di ruang kelas SD Muhammadiyah di Pulau Belitong yang dipimpinnya. Lengkaplah tugas Pak Cik sebagai ’pahlawan’ dan guru bagi Laskar Pelangi. Pahlawan memang harus mati, tetapi cita-citanya abadi. Bahkan semasa hidupnya, Pak Cik pernah berucap kepada ibu guru Muslimah ”Tugas kita adalah meyakini anak-anak agar mereka berani punya cita-cita.” Saya tersentak, tertegun, terharu, tersenyum dan tertawa sekaligus saat menonton film layar lebar Laskar Pelangi bersama dengan tepat sepuluh orang anggota keluarga kami seperti jumlah anggota Laskar Pelangi. Film hebat ini diangkat dari novel karya Andrea Herata yang ’dibesarkan’ oleh Kick Andy. Disana ada sosok ibu guru Muslimah yang penuh dedikasi. ”Mimpi aku bukan jadi istri saudagar. Mimpi aku jadi guru.” Disana ada guru kepala Pak Cik yang punya pandangan jauh ke depan dengan pesan moral yang jelas. Disitu ada Ikal ’Andrea Herata’ yang ketika masih anak picisan sudah ’bermain cinta’ dengan A Ling saudara sepupu A Kiong sahabat Ikal. Dengan prestasi sekolah biasa-biasa saja, kini hadir Andrea Herata yang fenomenal. Benar kata Pak Cik bahwa ”Kecerdasan diukur bukan dengan angka, tapi dengan hati.” Bisa jadi Ikal tidak menjadi Andrea Hirata yang sekarang kalau tidak terusik hatinya saat mengambil orderan kapur tulis untuk sekolahnya di toko tempat kerja A Ling. Romantisme diperlukan ditengah kepedihan. Di Laskar Pelangi kita bisa saksikan seorang ’jenius alami’ Lintang yang semangatnya tidak pernah luntur. Dengan tindakan nyata tanpa banyak cerita, Lintang yang datang sekolah lebih awal dan bertemu buaya ketika menuju sekolah, berhasil mengantarkan sekolahnya menjadi juara Cerdas Cermat. ’Sayang’ dia yang datang ke sekolah lebih awal terpaksa harus meninggalkan sekolah lebih awal karena tidak bisa melanjutkan sekolah ketika orang tuanya meninggal. Tetapi mungkin itu juga yang melecut hati Ikal belajar lebih jauh. Seringkali kita perlu contoh tragis agar terinspirasi. Termasuk dalam memajukan Indonesia. Tentu saja memajukan Indonesia tidak sama dan tidak bisa disamakan dengan pengelolaan sekolah dasar kecil di Belitong. Banyak warga Indonesia yang kaya dan bahkan sangat kaya, meskipun sebagian besar belum kaya dan masih miskin. Banyak anak Indonesia yang sudah sekolah S-2 atau S-3, tetapi banyak juga atau bahkan banyak banget yang tidak termotivasi untuk berprestasi. Indonesia perlu banyak ’Pak Cik’, banyak ’ibu guru Muslimah’ dan banyak ’Lintang’. Indonesia perlu lebih banyak orang yang berprinsip lebih baik memberi daripada menerima. Indonesia perlu lebih banyak anak muda yang bisa memberi inspirasi atau terinspirasi. Sekarang kita ada di bulan Oktober yang sekaligus peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda. Inilah saat yang tepat untuk kembali mencanangkan cita-cita ‘pelangi’ Indonesia sesuai dengan Sumpah Pemuda 2008 yaitu: 1) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia, 2) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia, 3) Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Mengomentari Pak Cik yang meninggal di tempat tugas, keponakan saya –Rachel- yang kelas dua SD dan waktu nonton duduk di sebelah saya nyeletuk ”Siapa yang jadi guru setelah Pak Cik meninggal? Dan saya tersadar bahwa film Laskar Pelangi sudah usai diputar. Sekarang kita kembali ke realita, memajukan Indonesia. Bisa jadi kita sedang menunggu siapa yang jadi ’Pak Cik’ untuk memajukan Indonesia. Tentu kita perlu banyak ’Pak Cik’. Pak Cik di Laskar Pelangi sudah mati dan jadi pahlawan, dan biarkan beliau menikmati kepahlawanannya. Kita lanjutkan cita-citanya sebagai inspirasi untuk memajukan Indonesia. Siapa yang seharusnya menjadi Pak Cik-Pak Cik baru? Mengapa bukan kita saja yang menjadi Pak Cik yang baru? Betul nggak?
Jakarta, 1 Oktober 2008
Handito Joewono
President Branding Indonesia dan Chief Strategy Consultant ARRBEY
Kamis, 09 Oktober 2008
Hebatnya Laskar Pelangi
Kemarin Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk menutup perdagangan saham pada sesi I mulai pukul 11.08 WIB karena hancurnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok hingga 10,38%. Ketika perdagangan saham ditutup pukul 11.08 JATS, Rabu (8/10/2008) IHSG merosot tajam hingga 168,052 poin atau 10,38 persen ke posisi 1.451,669. Posisi IHSG ini merupakan terendah sejak September 2006 Rapat digelar pada petang hari untuk memutuskan apakah suspensi akan dilanjutkan pada hari ini (kamis, 9 Oktober 2008) atau tidak. BEI dan BAPEPAM LK tidak dapat membuat keputusan dan akhirnya menunggu Bapak Presiden RI, SBY, yang pada petang hari sedang berada di Mega Blitz untuk menonton film Laskar Pelangi.
Begitu hebatnya Laskar Pelangi sehingga rapat kabinet terbatas untuk membahas anjloknya pasar keuangan Indonesia baru digelar pada pukul 22.00 WIB di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (8/10/2008) setelah sang Presiden selesai menonton film Laskar Pelangi. Mungkin pak SBY pikir bisa mendapatkan inspirasi dari film ini untuk MENAKLUKKAN DUNIA. Mimpi adalah KUNCI kita untuk Menaklukkan Dunia.
Dalam rapat terbatas itu juga akan diundang menteri-menteri ekonomi, Bank Indonesia, kalangan perbankan, Dirut Bursa Efek Indonesia. Kondisi pasar modal Indonesia benar-benar miris terseret krisis finansial global yang dipicu Amerika. Pasar saham Indonesia bahkan harus ditutup mendadak.
Berikut adalah video clip Laskar Pelangi
Film Laskar Pelangi merupakan kisah nyata yang terjadi di P. Belitong penghasil Timah yang seharusnya daerah ini bebas dari kemelaratan, namun pada kenyataannya masih banyak warga yang melarat dan tidak bisa sekolah. SD Muhammadiyah yang bangunannya reot dan nyaris rubuh, bocor sana sini telah melahirkan seorang Andrea Hirata (Ikal) - penulis buku Laskar Pelangi - sang pemimpi yang akhirnya bisa mendapatkan bea siswa ke Paris yang merupakan impian di masa kecilnya. Selama masih ada keamauan pasti ada jalan. Tidak ada yang mustahil bila Tuhan berkehendak.
Salahkah kita bila bermimpi menjadi triliuner dari beternak walet?
Begitu hebatnya Laskar Pelangi sehingga rapat kabinet terbatas untuk membahas anjloknya pasar keuangan Indonesia baru digelar pada pukul 22.00 WIB di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (8/10/2008) setelah sang Presiden selesai menonton film Laskar Pelangi. Mungkin pak SBY pikir bisa mendapatkan inspirasi dari film ini untuk MENAKLUKKAN DUNIA. Mimpi adalah KUNCI kita untuk Menaklukkan Dunia.
Dalam rapat terbatas itu juga akan diundang menteri-menteri ekonomi, Bank Indonesia, kalangan perbankan, Dirut Bursa Efek Indonesia. Kondisi pasar modal Indonesia benar-benar miris terseret krisis finansial global yang dipicu Amerika. Pasar saham Indonesia bahkan harus ditutup mendadak.
Berikut adalah video clip Laskar Pelangi
Film Laskar Pelangi merupakan kisah nyata yang terjadi di P. Belitong penghasil Timah yang seharusnya daerah ini bebas dari kemelaratan, namun pada kenyataannya masih banyak warga yang melarat dan tidak bisa sekolah. SD Muhammadiyah yang bangunannya reot dan nyaris rubuh, bocor sana sini telah melahirkan seorang Andrea Hirata (Ikal) - penulis buku Laskar Pelangi - sang pemimpi yang akhirnya bisa mendapatkan bea siswa ke Paris yang merupakan impian di masa kecilnya. Selama masih ada keamauan pasti ada jalan. Tidak ada yang mustahil bila Tuhan berkehendak.
Salahkah kita bila bermimpi menjadi triliuner dari beternak walet?
Rabu, 08 Oktober 2008
Lacur 1411
Hari ini saya menerima kiriman video dari Pak B (dari Aceh - Nanggroe Aceh Darussalam), yang menggunakan suara Lacur 1411 dari saya. Sebelum menggunakan suara lacur 1411, burung yang datang hanya bisa dihitung dengan jari dan waktu "berkunjung" hanya dalam waktu -waktu tertentu serta hanya beberapa menit. Setelah menggunakan suara LACUR, sebagaimana di sampaikan oleh pak B, burung mulai ber"ereksi". Semakin hari semakin banyak burung walet yang berdatangan, dan dalam waktu singkat burung mulai menginap. Suara dalam yang digunakan oleh pak b adalah suara xxx Internal sound. Kombinasi suara lacur 1411 dan xxx internal sound menghasilkan symphoni yang indah dan membuat burung walet tak henti-hentinya berkunjung dan tinggal di RBW pak B.
Berikut adalah surat untuk saya yang disertakan dalam pengiriman video clip tersebut:
Salam sejahtera Pak Hendri Mulia,
Berikut adalah rekaman suasana di RBW saya setelah menggunakan suara lacur serta suara internal dari Pak Hen. Gambar saya ambil dari pematang sawah di belakang RBW (sebelum RBW tetangga selesai).
Semoga kiriman tayangan suasana RBW saya ini dapat menjadi salah satu bentuk apresiasi (penghargaan) saya kepada Pak Hen yang telah memberikan masukan dan petunjuk serta strategi jitu memikat walet selama ini.
Akhirnya, saran dan petunjuk serta strategi jitu lebih lanjut dari Pak Hen dalam menghadapi “perang suara pancing” antara RBW kami yang saling berdekatan ini saya nantikan.
Salam,
B Z
Berikut adalah surat untuk saya yang disertakan dalam pengiriman video clip tersebut:
Salam sejahtera Pak Hendri Mulia,
Berikut adalah rekaman suasana di RBW saya setelah menggunakan suara lacur serta suara internal dari Pak Hen. Gambar saya ambil dari pematang sawah di belakang RBW (sebelum RBW tetangga selesai).
Semoga kiriman tayangan suasana RBW saya ini dapat menjadi salah satu bentuk apresiasi (penghargaan) saya kepada Pak Hen yang telah memberikan masukan dan petunjuk serta strategi jitu memikat walet selama ini.
Akhirnya, saran dan petunjuk serta strategi jitu lebih lanjut dari Pak Hen dalam menghadapi “perang suara pancing” antara RBW kami yang saling berdekatan ini saya nantikan.
Salam,
B Z
Duet Mrutu dan Pelet Dongkrak Produksi
Oleh trubusid
Rabu, Oktober 08, 2008 10:59:01
Ratusan walet beterbangan di depan rumah berukuran 8 m x 12 m di Jakarta Barat. Mereka saling beradu cepat menyambar pakan yang disemburkan sebuah blower bergaris tengah 5 m. Memang ada sesuatu yang istimewa di sana: pakan kombinasi mrutu dan pelet.
Pemandangan fenomenal itu sudah berlangsung sejak 6 bulan lalu. Padahal sang empunya rumah walet menyebut bangunannya tak lagi menjanjikan. Dibeli awal 1998 produksi liurnya saat itu 18 kg/panen. Setelah itu produksi berangsur-angsur menukik sampai 3,5 kg. Namun, 6 bulan lalu produksi meningkat lagi, 6 kg/panen. 'Akhir September 2008 diperkirakan dipanen 9 kg,' kata Anthonius, sang empunya.
Anthonius menggunakan alternatif pakan mrutu untuk memancing walet datang atas saran praktikus walet di Mojokerto, Jawa Timur. 'Dia (konsultan, red) bilang agar dicoba memakai serangga yang disukai walet di alam,' ujar Anthon. Mrutu dipilih karena selain mudah dibudidayakan, kelompok diptera itu sangat disukai Collocalia fuchipaga.
Kombinasi pakan
Selama 6 bulan menggunakan mrutu, populasi walet di rumah Anthon mulai meningkat. Awalnya ada sekitar 1.000 ekor, tapi kini mencapai lebih dari 2.000 ekor. Sepanjang hari tak kurang 200 walet bermain di area bangunan itu. 'Paling tidak sekarang ada 800 sarang utuh dan 300 sarang setengah jadi,' ujar kontraktor itu. Jumlah itu melebihi target pertambahan 20-30% sarang per 2 bulan yang diperkirakan sang konsultan.
Dari pengalaman Anthon kombinasi mrutu dan pelet mujarab mendongkrak populasi walet. Setiap hari 4,5 kg pelet dan 10-20 kg media budidaya mrutu per bulan disediakan Anthon. Sebelum dikombinasikan dengan pelet, Anton menyediakan 50-60 kg media budidaya mrutu per bulan.
Pelet yang diberikan berbeda dengan pelet ikan atau burung kicauan. Pelet itu berwarna hitam dengan bentuk bulat berdiameter kurang dari 5 mm. Sepintas mirip serangga. Pelet temuan Agung Santoso, di Mojokerto, Jawa Timur, itu berbahan baku kacang kedelai dan tepung terigu. Tambahannya mineral dan asam amino. Kombinasi bahan baku itu menghasilkan kadar protein pelet 55,58%.
Kadar protein sebesar itu cukup untuk walet bertelur dan bersarang. Apalagi ditambah mrutu yang kadar proteinnya 59,74%. Jumlah kalori yang dihasilkan kombinasi mrutu dan pelet itu mencapai 3.600 kalori. Itu artinya 90% dari kebutuhan walet sebesar 4.100 kalori/hari sudah terpenuhi. 'Pemberian pakan dengan nutrisi tinggi dapat memacu produksi sarang sampai 2 kali lebih cepat. Bila teknik itu diterapkan pada budidaya konvensional, sarang dapat dipanen 5-6 kali/tahun,' kata Agung.
Agung menuturkan walet dewasa membutuhkan 0,5-1 g pelet per hari. Jika diternak intensif-dikurung-perlu 2,5 g/ekor/hari. Untuk piyik cukup diberi 0,2-0,3 g/ekor/hari. Pelet harus diberikan dalam keadaan lembap supaya terlihat seperti serangga hidup.
Berdasarkan pengamatan Anthon setelah diberi pelet, walet tampak lebih gemuk. Rentang sayapnya yang semula 26 cm, menjadi 30 cm. Bulu-bulu panjang yang kerap rontok saat pergantian musim dan menempel di sarang semakin sedikit. Pun, angka kematian piyik yang sebelumnya mencapai 60%, turun hingga 5%. 'Kini rumah walet tak hanya diisi walet dewasa, tapi juga banyak walet muda dan piyik,' kata Anthon. Yang menggembirakan, sarang lebih putih dan tebal.
Pakai blower
Mrutu yang sudah dibekukan (mati) dan pelet diberikan dengan cara dilontarkan menggunakan blower yang dipasang di depan pintu keluar-masuk. Blower dinyalakan selama 12 jam sejak pukul 05.00 WIB sampai semua walet masuk ke rumah. Selepas pukul 10.00 WIB tambahkan pelet selang 1 jam.
Jangan lupa semprotkan air berkabut di sekitar areal pakan untuk menjaga kelembapan dan menambah gairah si liur emas. Biasanya sekitar 3% pakan jatuh ke tanah. Pakan yang berjatuhan itu tidak boleh dipakai lagi karena dikhawatirkan tercemar sehingga dapat menimbulkan penyakit.
Menyediakan pakan buatan memang lazim dilakukan di rumah-rumah walet di perkotaan untuk meningkatkan populasi dan mempertahankan produksi sarang. 'Kepergian burung sulit dihindari bila hanya mengandalkan pakan dari alam. Begitu juga bila sepenuhnya bergantung pada pakan buatan,' kata Ir Lazuardy Noormansyah, konsultan walet di Jakarta Barat. Pasalnya, walet tetap butuh berbagai macam serangga untuk kecukupan nutrisi dan pakan buatan agar ketersediaan pakan terjamin. .
Lazuardy pun mengingatkan agar para pemilik rumah walet mempertimbangkan risiko akibat burung-burung 'tetangga' yang menumpang makan. Maksudnya supaya tidak terjadi pemborosan. 'Sejam dua jam, dia (walet tetangga, red) datang bermain dan menyambar pakan buatan, lalu menghilang,' katanya. Agar efektif, pemilik biro konsultan Multi Walet itu menyarankan blower dinyalakan hanya pada waktu walet akan pergi dan pulang mencari pakan.
Hal senada diamini Viany Cin Hiong. Menurut praktikus walet di Jakarta itu meski ada walet tetangga singgah karena tertarik pelet, tapi bukan berarti akan bersarang. Walet yang datang belum tentu tertarik menetap bila kondisi mikro dalam rumah walet tidak nyaman. Sebab itu pula selain memberi mrutu dan pelet, Anthon melakukan renovasi tata ruang rumah walet agar nyaman ditinggali sang penghasil liur emas. (Andretha Helmina)
Rabu, Oktober 08, 2008 10:59:01
Ratusan walet beterbangan di depan rumah berukuran 8 m x 12 m di Jakarta Barat. Mereka saling beradu cepat menyambar pakan yang disemburkan sebuah blower bergaris tengah 5 m. Memang ada sesuatu yang istimewa di sana: pakan kombinasi mrutu dan pelet.
Pemandangan fenomenal itu sudah berlangsung sejak 6 bulan lalu. Padahal sang empunya rumah walet menyebut bangunannya tak lagi menjanjikan. Dibeli awal 1998 produksi liurnya saat itu 18 kg/panen. Setelah itu produksi berangsur-angsur menukik sampai 3,5 kg. Namun, 6 bulan lalu produksi meningkat lagi, 6 kg/panen. 'Akhir September 2008 diperkirakan dipanen 9 kg,' kata Anthonius, sang empunya.
Anthonius menggunakan alternatif pakan mrutu untuk memancing walet datang atas saran praktikus walet di Mojokerto, Jawa Timur. 'Dia (konsultan, red) bilang agar dicoba memakai serangga yang disukai walet di alam,' ujar Anthon. Mrutu dipilih karena selain mudah dibudidayakan, kelompok diptera itu sangat disukai Collocalia fuchipaga.
Kombinasi pakan
Selama 6 bulan menggunakan mrutu, populasi walet di rumah Anthon mulai meningkat. Awalnya ada sekitar 1.000 ekor, tapi kini mencapai lebih dari 2.000 ekor. Sepanjang hari tak kurang 200 walet bermain di area bangunan itu. 'Paling tidak sekarang ada 800 sarang utuh dan 300 sarang setengah jadi,' ujar kontraktor itu. Jumlah itu melebihi target pertambahan 20-30% sarang per 2 bulan yang diperkirakan sang konsultan.
Dari pengalaman Anthon kombinasi mrutu dan pelet mujarab mendongkrak populasi walet. Setiap hari 4,5 kg pelet dan 10-20 kg media budidaya mrutu per bulan disediakan Anthon. Sebelum dikombinasikan dengan pelet, Anton menyediakan 50-60 kg media budidaya mrutu per bulan.
Pelet yang diberikan berbeda dengan pelet ikan atau burung kicauan. Pelet itu berwarna hitam dengan bentuk bulat berdiameter kurang dari 5 mm. Sepintas mirip serangga. Pelet temuan Agung Santoso, di Mojokerto, Jawa Timur, itu berbahan baku kacang kedelai dan tepung terigu. Tambahannya mineral dan asam amino. Kombinasi bahan baku itu menghasilkan kadar protein pelet 55,58%.
Kadar protein sebesar itu cukup untuk walet bertelur dan bersarang. Apalagi ditambah mrutu yang kadar proteinnya 59,74%. Jumlah kalori yang dihasilkan kombinasi mrutu dan pelet itu mencapai 3.600 kalori. Itu artinya 90% dari kebutuhan walet sebesar 4.100 kalori/hari sudah terpenuhi. 'Pemberian pakan dengan nutrisi tinggi dapat memacu produksi sarang sampai 2 kali lebih cepat. Bila teknik itu diterapkan pada budidaya konvensional, sarang dapat dipanen 5-6 kali/tahun,' kata Agung.
Agung menuturkan walet dewasa membutuhkan 0,5-1 g pelet per hari. Jika diternak intensif-dikurung-perlu 2,5 g/ekor/hari. Untuk piyik cukup diberi 0,2-0,3 g/ekor/hari. Pelet harus diberikan dalam keadaan lembap supaya terlihat seperti serangga hidup.
Berdasarkan pengamatan Anthon setelah diberi pelet, walet tampak lebih gemuk. Rentang sayapnya yang semula 26 cm, menjadi 30 cm. Bulu-bulu panjang yang kerap rontok saat pergantian musim dan menempel di sarang semakin sedikit. Pun, angka kematian piyik yang sebelumnya mencapai 60%, turun hingga 5%. 'Kini rumah walet tak hanya diisi walet dewasa, tapi juga banyak walet muda dan piyik,' kata Anthon. Yang menggembirakan, sarang lebih putih dan tebal.
Pakai blower
Mrutu yang sudah dibekukan (mati) dan pelet diberikan dengan cara dilontarkan menggunakan blower yang dipasang di depan pintu keluar-masuk. Blower dinyalakan selama 12 jam sejak pukul 05.00 WIB sampai semua walet masuk ke rumah. Selepas pukul 10.00 WIB tambahkan pelet selang 1 jam.
Jangan lupa semprotkan air berkabut di sekitar areal pakan untuk menjaga kelembapan dan menambah gairah si liur emas. Biasanya sekitar 3% pakan jatuh ke tanah. Pakan yang berjatuhan itu tidak boleh dipakai lagi karena dikhawatirkan tercemar sehingga dapat menimbulkan penyakit.
Menyediakan pakan buatan memang lazim dilakukan di rumah-rumah walet di perkotaan untuk meningkatkan populasi dan mempertahankan produksi sarang. 'Kepergian burung sulit dihindari bila hanya mengandalkan pakan dari alam. Begitu juga bila sepenuhnya bergantung pada pakan buatan,' kata Ir Lazuardy Noormansyah, konsultan walet di Jakarta Barat. Pasalnya, walet tetap butuh berbagai macam serangga untuk kecukupan nutrisi dan pakan buatan agar ketersediaan pakan terjamin. .
Lazuardy pun mengingatkan agar para pemilik rumah walet mempertimbangkan risiko akibat burung-burung 'tetangga' yang menumpang makan. Maksudnya supaya tidak terjadi pemborosan. 'Sejam dua jam, dia (walet tetangga, red) datang bermain dan menyambar pakan buatan, lalu menghilang,' katanya. Agar efektif, pemilik biro konsultan Multi Walet itu menyarankan blower dinyalakan hanya pada waktu walet akan pergi dan pulang mencari pakan.
Hal senada diamini Viany Cin Hiong. Menurut praktikus walet di Jakarta itu meski ada walet tetangga singgah karena tertarik pelet, tapi bukan berarti akan bersarang. Walet yang datang belum tentu tertarik menetap bila kondisi mikro dalam rumah walet tidak nyaman. Sebab itu pula selain memberi mrutu dan pelet, Anthon melakukan renovasi tata ruang rumah walet agar nyaman ditinggali sang penghasil liur emas. (Andretha Helmina)
Selasa, 07 Oktober 2008
Who is Pak Ben(jamin) Chai??
MERCY Malaysia, Miri Chapter
Monday, 07 January 2008
Eastern Times
7 January 2008
By Jennie Soh
As a volunteer for Mercy Malaysia, Miri Chapter, I am very impressed by Benjamin Chai’s commitment towards his spirit of volunteerism. He could have just retired and not mind about other people’s business but he has a great deal of compassion for the people in the rural areas. The same goes to the founder, Datuk Dr. Jemilah Mahmood, who risked her life for mankind.
Introduction
Malaysia is a multi-ethnic, multi-religious nation of 28 million comprising different races - Malays, Chinese, Indians and 27 other ethnic groups in Sarawak. Malaysia is blessed with political and social stability and is a fast developing economy. We are very fortunate not to face any major disasters like famine, earthquake, typhoon, war or riots. Natural disasters and poverty are challenges for many people in various parts of the world today. Malaysians in general are very fortunate to be living in a peaceful country despite the different racial and ethnic groups. Malaysia is proud to have Mercy Malaysia Miri Chapter, headed by Benjamin Chai from Miri. He is well known for his generosity in sacrificing his time. He has made Mercy Malaysia, Miri Chapter an eye opener for many people in Miri, Kuching and even Kuala Lumpur to come and offer medical relief to the rural areas in the northern part of Sarawak.
The founder of Mercy Malaysia
When war broke out in Kosovo in 1999, many innocent civilians, especially women and children, suffered. Grieved by the inhuman act of ethnic cleansing unleashed by the minority Serbs, Datuk Dr. Jemilah Mahmood, an obstetrics-gynaecologist, took the initiative to offer her medical services voluntarily. However, she faced a lot of problems in getting support from other established organisations. But she did not give up hope. She and a few like-minded individuals established the Malaysia Medical Relief Society, better known as Mercy Malaysia in June 1999. Jemilah led the first aid mission to Kosovo which was followed by four consecutive missions. The team was made up of Malaysian medical professionals who were willing to sacrifice their time and life to go to a war-torn country thousands of miles away to offer a helping hand. They did not know what to expect but their passion was to help heal the wounds of the innocents. Their compassion was a true sign of inner strength and courage that kept them going withoutrealising that their lives were in danger. This was indeed an inspiration to the people of Malaysia. Although MERCY Malaysia began as a medical relief society, volunteers from other fields and backgrounds soon became a part of the society. This enabled Mercy Malaysia to offer humanitarian relief and to-date, start meaningful projects and programmes in the forms of vocational training centres, food programmes and other humanitarian aid that had become an important aspect of work within Malaysia.
The man behind the scene
Benjamin Chai came from Kuching. He was working as a Hospital Assistant and was transferred to Miri 40 years ago. He settled down in Miri and had been very much involved in medical relief work in the interior areas of Sarawak. Benjamin Chai, 63, has inherited his father and grandfather’s family culture of doing community service. He was introduced to MERCY Malaysia by Dr. Heng Aik Chong in 2002. He signed up as a volunteer and, at his own expenses, served in the international relief mission including Afghanistan war zone, earthquake disaster in Barn, Iran, typhoon disaster in Infanta, tsunami in Philippines and Sri Lanka and Aceh. After his exposure to international missions, he came back and set up the Mercy Malaysia, Miri Chapter, in 2003. The first mission launched was to Long Bedian. Mercy Malaysia, Miri Chapter has its office at No. 54, Paisau Garden, Miri. It is managed by a full-time staffer, Miss Rita Fazline Binti Awang who has a degree in Human Resource Development. It is a challenging job and very meaningful to her, to be able to serve the community.
Volunteers
There are over 20 active volunteers from Kuching, Sibu, Kota Kinabalu, Tawau and West Malaysia. He also gets very good support from the local community, particularly the Pharmacy Department, the Dental Department and the nurses from Miri General Hospital under the leadership of Dr. Uma Devi that made up the basic support team. Other volunteers come from different ethnic groups of other NGOs or individuals from various professions. One of the most committed volunteers is Dr. Tan Eik Wooi, a young medical doctor from Johor Bahru. Despite his heavy duty schedule, he took time off to help out in most of the mission trips. The others are Matron Veronica Wong, a dedicated dental nurse who worked for long hours, and Frances Fam from the Pharmacy Department who prescribes medicine with a lot of patience and dedication in these voluntary assignments. Mercy Malaysia Miri Chapter never had any problem with shortage of volunteers. Some have to wait for their turn as priorities are given to medical staff and the response is overwhelming. I was lucky to join a mission trip to Long Lellang in March, 2007 and a recent one to Long Bedian from November 8 to 11, 2007.
Financial support
For each mission, Mercy Malaysia, Kuala Lumpur and Pharmaniaga have been very supportive in giving financial aids to all the mission trips organised by Benjamin. Each mission costs about RM10,000 for medical supplies, transportation and food. Chai Chin Khiong and his assistant, Marcus Lee from Jee Kwong, gave free prescriptions of glasses. Other donations in kind were in the form of used clothes, toys and cash which came from individuals and volunteers themselves. Support also came in formerly from FAX who provided free transportation during one of the mission trips to Long Lellang. Hopefully, MasWings can continue to support Mercy Malaysia to bring more benefit to the people in the interior regions.
Mission trips
Since its foundation, Mercy Malaysia, Miri Chapter, has completed 12 mission trips and nine special projects which included support for family with invalid mothers, two fire relief funds at Long San and Sungei Nak, pre-schools for penans in Long Lellang and Long Main, Family Adoption and Flood Relief activities in Long Panai and long Bemang, mission trip to Long Bedian. Each mission usually takes two days of travel and two days’ clinical work. Before each mission, Benjamin Chai would personally check every village for basic needs, the accommodation, water, toilet facilities, etc. Before the trip, every volunteer would be expected to attend the briefing and to be clear about what to expect. Medical supplies were already pre-packed, including food supplies and even their own cooking utensils. One mission trip would usually have three medical doctors, two dental doctors, one or two eye specialists and non-medical volunteers as support team to make up at least 20 in a group. The mission’s main objective is to bring awareness of health-care and basic personal hygiene to the children and the villagers. Patients could number from 100 to 300 per day. Clinics are usually set up early in the morning for two days and the workflow set-up is as follows:-
Registration (usually 2 or 3 non-medical staff to record personal data, give patients numbers to queue for the doctors to attend to them.)
Medical Department (1 or 2 doctors would be stationed, taking turns to serve)
Eye Department (2 eye specialists to test and give prescriptions)
Dental Department (2 dental surgeons)
Pharmacy Department (usually 2 to attend, to prescribe and to explain)
Donation Department (Non-medical volunteer to distribute toys and clothing to the villagers)
What does Mercy Malaysia Miri Chapter need now?
A shelter near the Miri Hospital. This is an urgent need for the people from the interior coming to Miri Hospital. Benjamin Chai has already started discussing with a big private corporation in Miri in connection with Corporate Social Responsibility (CSR). What is needed is a house with rooms, kitchens and basic facilities like beds for people from the rural areas, especially when their loved ones are being hospitalized. The main problem the Penans and other ethnic groups from various rural areas face is that the jungle tracks they use may not be passable through rainy seasons. Thus, a shelter is really needed if these patients have to come back to the hospital for regular follow-ups checks so that their family members have a place to stay for a while.
‘God sent gift’
The arrival of Mercy Malaysia Miri Chapter to each village is like a “God sent gift.” If every individual can commit a little time to get involved or contribute a little financial aid to Mercy Malaysia Miri Chapter, you can put a smile on each child or each individual in need of help. As one volunteer said, “It’s an eye opener when you find that there are still many out there in need of help. You can appreciate life better when you help others and realise the luxuries we are so accustomed to in our daily lives are not within the reach of many in society.” Volunteers for Mercy Malaysia from various professions and different ethnic groups have established a bond of friendship and good teamwork besides having fun towards the end of the day. And they keep coming back for more mission trips. “One’s life has value so long as one attributes value to the lives of others, by means of love, friendship, indignation and compassion”, a saying goes.
Mercy Malaysia Miri Chapter, being a non-profit organisation, depends solely on donations in kind or cash. Those who wish to contribute can contact the following address :-
MERCY MALAYSIA MIRI CHAPTER
Rita Fazlin Binti Awang
MMSC Base Camp Miri
54 Piasau Garden, 98000 Miri
Office Phone/ Fax :085-663000
Monday, 07 January 2008
Eastern Times
7 January 2008
By Jennie Soh
As a volunteer for Mercy Malaysia, Miri Chapter, I am very impressed by Benjamin Chai’s commitment towards his spirit of volunteerism. He could have just retired and not mind about other people’s business but he has a great deal of compassion for the people in the rural areas. The same goes to the founder, Datuk Dr. Jemilah Mahmood, who risked her life for mankind.
Introduction
Malaysia is a multi-ethnic, multi-religious nation of 28 million comprising different races - Malays, Chinese, Indians and 27 other ethnic groups in Sarawak. Malaysia is blessed with political and social stability and is a fast developing economy. We are very fortunate not to face any major disasters like famine, earthquake, typhoon, war or riots. Natural disasters and poverty are challenges for many people in various parts of the world today. Malaysians in general are very fortunate to be living in a peaceful country despite the different racial and ethnic groups. Malaysia is proud to have Mercy Malaysia Miri Chapter, headed by Benjamin Chai from Miri. He is well known for his generosity in sacrificing his time. He has made Mercy Malaysia, Miri Chapter an eye opener for many people in Miri, Kuching and even Kuala Lumpur to come and offer medical relief to the rural areas in the northern part of Sarawak.
The founder of Mercy Malaysia
When war broke out in Kosovo in 1999, many innocent civilians, especially women and children, suffered. Grieved by the inhuman act of ethnic cleansing unleashed by the minority Serbs, Datuk Dr. Jemilah Mahmood, an obstetrics-gynaecologist, took the initiative to offer her medical services voluntarily. However, she faced a lot of problems in getting support from other established organisations. But she did not give up hope. She and a few like-minded individuals established the Malaysia Medical Relief Society, better known as Mercy Malaysia in June 1999. Jemilah led the first aid mission to Kosovo which was followed by four consecutive missions. The team was made up of Malaysian medical professionals who were willing to sacrifice their time and life to go to a war-torn country thousands of miles away to offer a helping hand. They did not know what to expect but their passion was to help heal the wounds of the innocents. Their compassion was a true sign of inner strength and courage that kept them going withoutrealising that their lives were in danger. This was indeed an inspiration to the people of Malaysia. Although MERCY Malaysia began as a medical relief society, volunteers from other fields and backgrounds soon became a part of the society. This enabled Mercy Malaysia to offer humanitarian relief and to-date, start meaningful projects and programmes in the forms of vocational training centres, food programmes and other humanitarian aid that had become an important aspect of work within Malaysia.
The man behind the scene
Benjamin Chai came from Kuching. He was working as a Hospital Assistant and was transferred to Miri 40 years ago. He settled down in Miri and had been very much involved in medical relief work in the interior areas of Sarawak. Benjamin Chai, 63, has inherited his father and grandfather’s family culture of doing community service. He was introduced to MERCY Malaysia by Dr. Heng Aik Chong in 2002. He signed up as a volunteer and, at his own expenses, served in the international relief mission including Afghanistan war zone, earthquake disaster in Barn, Iran, typhoon disaster in Infanta, tsunami in Philippines and Sri Lanka and Aceh. After his exposure to international missions, he came back and set up the Mercy Malaysia, Miri Chapter, in 2003. The first mission launched was to Long Bedian. Mercy Malaysia, Miri Chapter has its office at No. 54, Paisau Garden, Miri. It is managed by a full-time staffer, Miss Rita Fazline Binti Awang who has a degree in Human Resource Development. It is a challenging job and very meaningful to her, to be able to serve the community.
Volunteers
There are over 20 active volunteers from Kuching, Sibu, Kota Kinabalu, Tawau and West Malaysia. He also gets very good support from the local community, particularly the Pharmacy Department, the Dental Department and the nurses from Miri General Hospital under the leadership of Dr. Uma Devi that made up the basic support team. Other volunteers come from different ethnic groups of other NGOs or individuals from various professions. One of the most committed volunteers is Dr. Tan Eik Wooi, a young medical doctor from Johor Bahru. Despite his heavy duty schedule, he took time off to help out in most of the mission trips. The others are Matron Veronica Wong, a dedicated dental nurse who worked for long hours, and Frances Fam from the Pharmacy Department who prescribes medicine with a lot of patience and dedication in these voluntary assignments. Mercy Malaysia Miri Chapter never had any problem with shortage of volunteers. Some have to wait for their turn as priorities are given to medical staff and the response is overwhelming. I was lucky to join a mission trip to Long Lellang in March, 2007 and a recent one to Long Bedian from November 8 to 11, 2007.
Financial support
For each mission, Mercy Malaysia, Kuala Lumpur and Pharmaniaga have been very supportive in giving financial aids to all the mission trips organised by Benjamin. Each mission costs about RM10,000 for medical supplies, transportation and food. Chai Chin Khiong and his assistant, Marcus Lee from Jee Kwong, gave free prescriptions of glasses. Other donations in kind were in the form of used clothes, toys and cash which came from individuals and volunteers themselves. Support also came in formerly from FAX who provided free transportation during one of the mission trips to Long Lellang. Hopefully, MasWings can continue to support Mercy Malaysia to bring more benefit to the people in the interior regions.
Mission trips
Since its foundation, Mercy Malaysia, Miri Chapter, has completed 12 mission trips and nine special projects which included support for family with invalid mothers, two fire relief funds at Long San and Sungei Nak, pre-schools for penans in Long Lellang and Long Main, Family Adoption and Flood Relief activities in Long Panai and long Bemang, mission trip to Long Bedian. Each mission usually takes two days of travel and two days’ clinical work. Before each mission, Benjamin Chai would personally check every village for basic needs, the accommodation, water, toilet facilities, etc. Before the trip, every volunteer would be expected to attend the briefing and to be clear about what to expect. Medical supplies were already pre-packed, including food supplies and even their own cooking utensils. One mission trip would usually have three medical doctors, two dental doctors, one or two eye specialists and non-medical volunteers as support team to make up at least 20 in a group. The mission’s main objective is to bring awareness of health-care and basic personal hygiene to the children and the villagers. Patients could number from 100 to 300 per day. Clinics are usually set up early in the morning for two days and the workflow set-up is as follows:-
Registration (usually 2 or 3 non-medical staff to record personal data, give patients numbers to queue for the doctors to attend to them.)
Medical Department (1 or 2 doctors would be stationed, taking turns to serve)
Eye Department (2 eye specialists to test and give prescriptions)
Dental Department (2 dental surgeons)
Pharmacy Department (usually 2 to attend, to prescribe and to explain)
Donation Department (Non-medical volunteer to distribute toys and clothing to the villagers)
What does Mercy Malaysia Miri Chapter need now?
A shelter near the Miri Hospital. This is an urgent need for the people from the interior coming to Miri Hospital. Benjamin Chai has already started discussing with a big private corporation in Miri in connection with Corporate Social Responsibility (CSR). What is needed is a house with rooms, kitchens and basic facilities like beds for people from the rural areas, especially when their loved ones are being hospitalized. The main problem the Penans and other ethnic groups from various rural areas face is that the jungle tracks they use may not be passable through rainy seasons. Thus, a shelter is really needed if these patients have to come back to the hospital for regular follow-ups checks so that their family members have a place to stay for a while.
‘God sent gift’
The arrival of Mercy Malaysia Miri Chapter to each village is like a “God sent gift.” If every individual can commit a little time to get involved or contribute a little financial aid to Mercy Malaysia Miri Chapter, you can put a smile on each child or each individual in need of help. As one volunteer said, “It’s an eye opener when you find that there are still many out there in need of help. You can appreciate life better when you help others and realise the luxuries we are so accustomed to in our daily lives are not within the reach of many in society.” Volunteers for Mercy Malaysia from various professions and different ethnic groups have established a bond of friendship and good teamwork besides having fun towards the end of the day. And they keep coming back for more mission trips. “One’s life has value so long as one attributes value to the lives of others, by means of love, friendship, indignation and compassion”, a saying goes.
Mercy Malaysia Miri Chapter, being a non-profit organisation, depends solely on donations in kind or cash. Those who wish to contribute can contact the following address :-
MERCY MALAYSIA MIRI CHAPTER
Rita Fazlin Binti Awang
MMSC Base Camp Miri
54 Piasau Garden, 98000 Miri
Office Phone/ Fax :085-663000
Email from Pak Ben Chai
Thank You and Your KPW Team
Monday, October 6, 2008 7:43 PM
Hi Pak Hen,
After attending your Seminar in Pontianak I renovated my second BH ( First BH total failure and dismantled after 2 years ) following your design and instruction. Was delighted with 6 spots of bird shit within 1 month. I got greedy and applied G.... coloured .... potions which is suppose to fill up my BH in a short time (even with out nesting plank).
To my horror all the bird left the BH totally empty (as observed from my CCTV if.) I sent out SOS to Pak Hen , PHM and team Pak Jeff and CK Chan immediately jumped into action instructing what to do and Pak. Hen will prepair and send me a Special Cocktail for the contaminated Planks. . I washed down the whole BH plank by plank and then aired the BH for 10 days. When I received the COCKTAIL from Pak Hen , I sprayed all the planks using 1 1/2 liter. After two days observed from the CCTV the BH is again becoming active. I was away on Fire Relief Mission and the to to my other property in KK. When cane back in mid August I was delighted to see 4 HEAP of Bird Shit. After another 2 weeks I checked the BH again and was over the MOON to see 3 Bird Nest foundations out 5 heaps of BS. but no new spot of BS.
This is for your readers: Pak Hendri Mulia (PHM) and team came to my rescue without any obligations or expected any financial reward. I am so greatful that PHM came forward to help me because I attended 2 of his seminars in KT and Pontian and have accepted Him as my sifu. To any one who is serious about going into Birdnest , weather as a business or just to FILL YOUR HEART . This is your golden opportunity to attend PHM seminar in Nov. Its a must have Course . Pak Hen have only a few items to sell you but ( "Quote" by PHM - the seminar I give you here is base on my 15 years experience in Birdnest business and the best and most effective method practice in Indonesia's and to teach you how to self diagnosis of your BH problem "Unquote" ) This can only come from a very sincere person !! Who else will teach you to make your own aroma with ingredients available in your area and how to recognise various bird call and lots and lots more. If you don't come its your loss.
I am indebted to PHM and team and if any readers need to verify my story pls get either my phone number or email address from my SIFU Pak Hen.
Thank you and looking forward to meeting you in NOV. Will have Oswald, Justin. Danny, Lim C.L., Mr Loh. from Kuching. Myself,Lawrance , Chow and Didacus from KK. . Billy and Koh from Miri. I am sure more interested participant will sign on in the week to come.
Kind regards,
Ben
Monday, October 6, 2008 7:43 PM
Hi Pak Hen,
After attending your Seminar in Pontianak I renovated my second BH ( First BH total failure and dismantled after 2 years ) following your design and instruction. Was delighted with 6 spots of bird shit within 1 month. I got greedy and applied G.... coloured .... potions which is suppose to fill up my BH in a short time (even with out nesting plank).
To my horror all the bird left the BH totally empty (as observed from my CCTV if.) I sent out SOS to Pak Hen , PHM and team Pak Jeff and CK Chan immediately jumped into action instructing what to do and Pak. Hen will prepair and send me a Special Cocktail for the contaminated Planks. . I washed down the whole BH plank by plank and then aired the BH for 10 days. When I received the COCKTAIL from Pak Hen , I sprayed all the planks using 1 1/2 liter. After two days observed from the CCTV the BH is again becoming active. I was away on Fire Relief Mission and the to to my other property in KK. When cane back in mid August I was delighted to see 4 HEAP of Bird Shit. After another 2 weeks I checked the BH again and was over the MOON to see 3 Bird Nest foundations out 5 heaps of BS. but no new spot of BS.
This is for your readers: Pak Hendri Mulia (PHM) and team came to my rescue without any obligations or expected any financial reward. I am so greatful that PHM came forward to help me because I attended 2 of his seminars in KT and Pontian and have accepted Him as my sifu. To any one who is serious about going into Birdnest , weather as a business or just to FILL YOUR HEART . This is your golden opportunity to attend PHM seminar in Nov. Its a must have Course . Pak Hen have only a few items to sell you but ( "Quote" by PHM - the seminar I give you here is base on my 15 years experience in Birdnest business and the best and most effective method practice in Indonesia's and to teach you how to self diagnosis of your BH problem "Unquote" ) This can only come from a very sincere person !! Who else will teach you to make your own aroma with ingredients available in your area and how to recognise various bird call and lots and lots more. If you don't come its your loss.
I am indebted to PHM and team and if any readers need to verify my story pls get either my phone number or email address from my SIFU Pak Hen.
Thank you and looking forward to meeting you in NOV. Will have Oswald, Justin. Danny, Lim C.L., Mr Loh. from Kuching. Myself,Lawrance , Chow and Didacus from KK. . Billy and Koh from Miri. I am sure more interested participant will sign on in the week to come.
Kind regards,
Ben
Senin, 06 Oktober 2008
Menara Masjid Agung “Baitul Hikmah” - banyak sarang burung walet
Photo Masjid Agung Baitul Hikmah
Ketinggian Menara Masjid Agung Baitul Hikmah adalah 70 meter. Masyarakat Tanjung Redeb sering menggunakan menara tersebut untuk melihat kota dari atas. Sejak menara tersebut dihuni oleh ribuan burung walet, pengurus Masjid tidak lagi memperbolehkan masyarakat sekita untuk naik ke menara.
Ratusan sarang burung walet dipanen setiap bulannya, namun sarang burung walet di menara Masjid ini belum dikelola dengan baik. Diharapkan di masa mendatang keberadaan burung walet di Menara Masjid ini dikelola dengan benar dengan melakukan perubahan yang memadai namun tanpa mengubah bentuk menara Masjid Baitul Hikmah.
Keberadaan burung walet di Menara Masjid Baitul Hikmah menandakan bahwa di daerah ini banyak burung walet yang belum mempunyai rumah.
Berdasarkan informasi rekan saya yang pernah ke sana, memang benar bahwa di Tanjung Redeb belum ada rumah burung walet yang dibuat secara khusus.
Kubah Masjid Agung Bersarang Burung Walet Putih
Senin, 22 September 2008
Bakal Dikembangkan karena Nilai Ekonomi Tinggi
TANJUNG REDEB-- Berkah dan rahmat Allah SWT dijumpai di antara kemegahan bangunan Mesjid Agung Baitul Hikmah Jl APT Pranopto. Kubah masjid kebanggaan masyarakat Kabupaten Berau yang dibangun sekitar tahun 2003 itu atas ridho-Nya menjadi tempat bersarang burung walet. Jenisnya, adalah sarang burung walet (SBW) putih yang diketahui memiliki nilai ekonomi tinggi hingga jutaan rupiah per kilonya.
Bila berhasil dipelihara dan dikembangkan, bukan tidak mungkin pengurus mesjid ini tidak lagi merasa berat dalam hal biaya rutin seperti belanja, pemeliharaan masjid, termasuk gaji petugas yang memang tidak sedikit tiap tahunnya.
Kabag Humas dan Penerangan Setkab Berau Drs H Datu Supriatma mengatakan, keberadaan SBW putih itu akan berusaha dikembang biakkan. Terlebih dahulu akan dilakukan pembenahan beberapa kondisi lingkungan yang ada sehingga burung walet bisa betah bersarang tanpa mengurangi fungsi dan kebersihan mesjid sendiri.
“Guna memastikan keberadaan SBW putih itu, baru-baru ini bupati dan wakil bupati, sekkab, unsur Muspida, pejabat termasuk pihak kontraktor yang membangun masjid yakni PT Total Bangun Persada telah melakukan pantauan. Dan, memang jenis sarang adalah sarang burung walet putih,” jelas Datu. belum lama ini.
Menurutnya, keberadaan sarang walet putih itu sempat menimbulkan tanda tanya mengapa ada burung walet bisa bersarang di kubah masjid. “Jadi keberadaan sarang wallet tersebut akan terus dikembangkan dan direncanakan menjadi salah satu aset masjid untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan,” tandasnya. Karena itulah, pihak masjid juga diminta untuk memperketat pengamanan aset ini berupa penambahan petugas sekuriti. (sp)
Sumber: Koran KALTIM
Bakal Dikembangkan karena Nilai Ekonomi Tinggi
TANJUNG REDEB-- Berkah dan rahmat Allah SWT dijumpai di antara kemegahan bangunan Mesjid Agung Baitul Hikmah Jl APT Pranopto. Kubah masjid kebanggaan masyarakat Kabupaten Berau yang dibangun sekitar tahun 2003 itu atas ridho-Nya menjadi tempat bersarang burung walet. Jenisnya, adalah sarang burung walet (SBW) putih yang diketahui memiliki nilai ekonomi tinggi hingga jutaan rupiah per kilonya.
Bila berhasil dipelihara dan dikembangkan, bukan tidak mungkin pengurus mesjid ini tidak lagi merasa berat dalam hal biaya rutin seperti belanja, pemeliharaan masjid, termasuk gaji petugas yang memang tidak sedikit tiap tahunnya.
Kabag Humas dan Penerangan Setkab Berau Drs H Datu Supriatma mengatakan, keberadaan SBW putih itu akan berusaha dikembang biakkan. Terlebih dahulu akan dilakukan pembenahan beberapa kondisi lingkungan yang ada sehingga burung walet bisa betah bersarang tanpa mengurangi fungsi dan kebersihan mesjid sendiri.
“Guna memastikan keberadaan SBW putih itu, baru-baru ini bupati dan wakil bupati, sekkab, unsur Muspida, pejabat termasuk pihak kontraktor yang membangun masjid yakni PT Total Bangun Persada telah melakukan pantauan. Dan, memang jenis sarang adalah sarang burung walet putih,” jelas Datu. belum lama ini.
Menurutnya, keberadaan sarang walet putih itu sempat menimbulkan tanda tanya mengapa ada burung walet bisa bersarang di kubah masjid. “Jadi keberadaan sarang wallet tersebut akan terus dikembangkan dan direncanakan menjadi salah satu aset masjid untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan,” tandasnya. Karena itulah, pihak masjid juga diminta untuk memperketat pengamanan aset ini berupa penambahan petugas sekuriti. (sp)
Sumber: Koran KALTIM
Sabtu, 04 Oktober 2008
Remedial Benefits and Usage of Bird's Nest
Bird's Nest from a Clinical Experimental Point of View
According to a recent medical research reported by Hong Kong Chinese University, the cell division enzymeand hormone of bird's nest can promote reproduction and rebirth of human cells. The Glycoprotein content directly stimulates cell growth in human?s immune system. As a result, body metabolism is enhanced and functional effects are greatly improved. Effective results of bird's nest are observed when they are consumed by children, elders, feedle and sick people.
Bird's Nest from Traditional and Modern Chinese Medication's Point of View.
(Chinese Medication Dictionary) Bird's Nest is used as restorative and remedial food since the Ching dynasty as recorded in (Major Herbs Guidebook) and (Major Herbs Digest). Previous clinical researches have concluded that bird's nest has a (sweet and calm) character. Bird's nest contributed medical benefits to lung, stomach and kidney neural system. Several ancient medicine books such as (New Major Herbs), (Southern Mountain Chronicle) and (New Herbs Revised) all recorded plenty of detail of bird's nest remedial benefits.
Bird's Nest from a Nutrition Point of View
The main nutrition contents of bird's nest are carbohydrate (30%) and protein (5%) although its protein content can be compare to that of milk or eggs. Bird's nest also contains plenty of calcium and phosphorus, as well as some iron and iodine. There are still some other untraced compositions that may have medical benefits; hence we can not judge its value by the main nutrition contents alone.
Bird's Nest from a Biochemical Point of View
The book (Evaluate Bird's Nest) written by a biochemist has also proven that protein contained in bird's nest have some bioactive elements which might have nourishing and replenishing effects on humans body.
The experts conclude that bird's nest has three main functions:
a. Enhances the rebirth of cells and tissues.
b. Improves the immune system functions of our body
c. Improves the body's tolerance toward the damage done by X-rays or other radioactive reagents.
Bird's nest is an excellent restorative food with a sweet and calm character; it is good for any age or gender
Ladies: Frequent consumption result in fairer skin, helps to stay young and look radiant.
Pregnant Women: Consumption during pregnancy will improve immune functions of the fetus and the mothers will be able to recover easily after giving birth.
Elders: Clears phlegm, strengthen lungs and kidneys, improves spleen as well as enhances appetite.
Children: Enhances immune ability, not inclined to get colds or flu
Men: Improves kidney and strengthens lungs, so not inclined to get weak.
According to a recent medical research reported by Hong Kong Chinese University, the cell division enzymeand hormone of bird's nest can promote reproduction and rebirth of human cells. The Glycoprotein content directly stimulates cell growth in human?s immune system. As a result, body metabolism is enhanced and functional effects are greatly improved. Effective results of bird's nest are observed when they are consumed by children, elders, feedle and sick people.
Bird's Nest from Traditional and Modern Chinese Medication's Point of View.
(Chinese Medication Dictionary) Bird's Nest is used as restorative and remedial food since the Ching dynasty as recorded in (Major Herbs Guidebook) and (Major Herbs Digest). Previous clinical researches have concluded that bird's nest has a (sweet and calm) character. Bird's nest contributed medical benefits to lung, stomach and kidney neural system. Several ancient medicine books such as (New Major Herbs), (Southern Mountain Chronicle) and (New Herbs Revised) all recorded plenty of detail of bird's nest remedial benefits.
Bird's Nest from a Nutrition Point of View
The main nutrition contents of bird's nest are carbohydrate (30%) and protein (5%) although its protein content can be compare to that of milk or eggs. Bird's nest also contains plenty of calcium and phosphorus, as well as some iron and iodine. There are still some other untraced compositions that may have medical benefits; hence we can not judge its value by the main nutrition contents alone.
Bird's Nest from a Biochemical Point of View
The book (Evaluate Bird's Nest) written by a biochemist has also proven that protein contained in bird's nest have some bioactive elements which might have nourishing and replenishing effects on humans body.
The experts conclude that bird's nest has three main functions:
a. Enhances the rebirth of cells and tissues.
b. Improves the immune system functions of our body
c. Improves the body's tolerance toward the damage done by X-rays or other radioactive reagents.
Bird's nest is an excellent restorative food with a sweet and calm character; it is good for any age or gender
Ladies: Frequent consumption result in fairer skin, helps to stay young and look radiant.
Pregnant Women: Consumption during pregnancy will improve immune functions of the fetus and the mothers will be able to recover easily after giving birth.
Elders: Clears phlegm, strengthen lungs and kidneys, improves spleen as well as enhances appetite.
Children: Enhances immune ability, not inclined to get colds or flu
Men: Improves kidney and strengthens lungs, so not inclined to get weak.
Seminar Strategi Jitu Memikat Walet di Jakarta
Langganan:
Postingan (Atom)
GRAND OPENING CHICKEN CRUSH VILLA MELATI MAS, SERPONG
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan, pada tanggal 17 Oktober 2019 dilakukan pemberkatan tempat usaha resto Chicken Crush yang terletak di Ru...
-
Electromagnetic Biology and Medicine, 26: 63–72, 2007 DOI: 10.1080/15368370701205693 The original publication is available at www.informawor...
-
H4N1® Bio Aroma dibuat dari bahan-bahan alami dengan mengadopsi teknologi Jepang untuk menghasilkan mikroba yang dapat menghancurkan stru...
-
Pada kebanyakan orang berkecenderungan membuat rumah burung walet di daerah yang ketinggiannya kurang dari 400 meter di atas permukaan laut ...