Mengamati Cara Terbang Burung
Bagaimana sepasang sayap mampu menyebabkan burung terbang mengangkasa melawan gravitasi Bumi?
Semua itu berkat peranan bulu-bulu pada sayap burung yang memungkinkannya terbang dengan efisien. Bobot bulu yang ringan dengan struktur kokoh jauh lebih praktis daripada misalnya "sayap" kelelawar yang berupa rentangan kulit.
Sayap burung benar-benar didesain untuk terbang. Bentuknya yang meruncing dan melengkung seperti sayap pesawat mempunyai tepi depan yang tebal dan tumpul serta tepi belakang yang menyempit seperti mata pisau. Bentuk seperti itu tidak asal dimiliki, tetapi mempunyai tujuan khusus.
Untuk mengatasi hambatan udara yang harus diterjang, bentuk sayap meruncing itu tepat sekali. Seperti kalau berenang di air, kita harus melawan hambatan air supaya bisa berenang maju. Juga seperti halnya ikan yang dikaruniai bentuk tubuh streamline untuk meminimalkan masalah ini.
Untuk melawan gravitasi Bumi, burung menciptakan daya angkat mengandalkan bentuk sayapnya yang melengkung. Bentuk melengkung menghasilkan permukaan atas lebih cembung dan permukaan bawah sedikit cekung atau malah rata sama sekali. Akibatnya, angin (udara) yang melewati tepi utama sayap serta permukaan atas mengalir lebih cepat daripada angin yang melewati permukaan bawah sayap.
Perbedaan kecepatan angin di bawah dan di atas sayap itu menghasilkan perbedaan tekanan udara. Tekanan udara pada permukaan atas lebih kecil sehingga terjadi aliran udara dari bawah permukaan ke atas permukaan sayap. Ini sesuai dengan hukum fisika yang menyatakan, angin bertekanan udara tinggi selalu mengalir ke tempat yang bertekanan udara lebih rendah. Itulah yang menyebabkan burung mempunyai daya angkat melawan gravitasi Bumi.
Ihwal gaya lepas landas burung itu macam-macam. Tapi apa pun gayanya, semua bertujuan sama untuk mencapai kekuatan maju yang diperlukan sebagai awal penerbangan. Beberapa burung melesat ke udara dengan membengkokkan kaki sembari mendorong tempatnya berpijak dan meloncat terbang.
Bak pesawat bermesin jet, bebek meluncur di air dan mendorong kakinya. Cara itu menghasilkan tenaga jet yang mendorong bebek melesat ke udara. Angsa berlari beberapa saat di atas air. Itik dan burung kuau terbang hampir vertikal dengan kecepatan tinggi. Burung elang dan nasar berlari cepat, burung laut meluncur dari tepi batu karang, dan burung kuntul merentangkan lehernya yang panjang.
Sukses lepas landas, burung mengudara dibarengi kepakan sayap. Sementara itu lengannya - bagian pangkal dari sayap - tetap digunakan untuk mensuplai daya angkat. Sisa sayap, yaitu bagian ujung yang dilengkapi bulu terbang, sebagai permukaan pengendali serta baling-baling. Ini sedikit berbeda dengan pesawat terbang yang baling-balingnya merupakan bagian terpisah dengan sayap.
Ketika burung mengepakkan sayap, baling-baling bergerak setengah lingkaran ke depan dan ke belakang. Pada kepakan ke atas, baling-baling bergerak ke arah belakang dan masing-masing bulu utamanya seolah-olah dipuntir sehingga menjadi bercelah-celah. Tujuannya untuk memudahkan udara lewat. Sedangkan pada kepakan ke bawah melawan hambatan udara, baling-baling bergerak ke muka sehingga burung terdorong maju. Pada saat yang bersamaan bulu-bulu utama yang semula bercelah-celah ditautkan satu sama lain membentuk permukaan yang rapat.
Terbang tanpa kepakan
Selain kepakan sayap, burung juga mengandalkan aksi meluncur dan membubung tinggi. Jika mau irit tenaga, meluncur adalah pilihan paling tepat. Seberapa jauh burung bisa meluncur ditentukan oleh gaya gravitasi dan keadaan udara. Setelah dua hal itu tidak memungkinkan untuk meluncur lagi, burung mau tidak mau harus berkepak lagi. Walet, undan, dan angsa meluncur dengan beberapa kepakan kuat disusul suatu luncuran. Kalau beruntung, kita bisa menonton pameran penerbangan yang hebat di mana pesawat bikinan manusia tidak ada yang berani mencobanya.
Di lembah yang sempit di antara barisan pegunungan, seekor elang meluncur dengan bulu utamanya yang kokoh seperti jari raksasa untuk mengimbangi arus udara yang tak menentu. Sesaat mau mendarat, kaki sang elang diturunkan, sayap yang mengembang diturunkan, bahu diangkat, burung meluncur turun sehingga seolah-olah tubrukan besar akan terjadi. Namun, tepat pada waktunya sistem "rem" burung mulai bekerja. Sayap ditekuk, ekor yang mengembang diturunkan, dan kakinya mengerem tubrukan. Selama beberapa kejap sayap dikembangkan tinggi-tinggi sampai akhirnya dilipat rapi.
Mungkin Anda pernah menyaksikan ala-alap terbang tinggi dan semakin tinggi padahal sayapnya tidak berkepak sama sekali. Itulah yang disebut terbang membubung. Terbang model ini menuntut burung harus pandai-pandai nebeng memanfaatkan naiknya arus udara yang disebut dengan termal.
Arus angin itu bergerak lurus dan hanya terjadi pada hari yang panas terik. Dari Bumi yang memanas timbul "pipa" angin yang naik ke atas yang disusul dengan angin dingin. Menjadi gelembung besar, angin panas yang naik sedemikian kuat sehingga alap-alap yang berputar-putar di dalamnya ikut naik tanpa harus mengepakkan sayap.
Bentuk sayap burung menentukan kemampuan terbangnya. Burung-burung bersayap panjang dan melengkung seperti camar laut, elang, albatros (kawan pelaut di kala cuaca baik dan juga pemakan bangkai), dan nasar adalah pakar dalam terbang meluncur dan membubung. Burung layang-layang yang terbangnya cepat mempunyai sayap yang sempit dan runcing.
Sedangkan puyuh yang sayapnya pendek dan lebar mampu lepas landas sangat cepat dan terbang dengan cepat pula beberapa saat. Setelah power terbangnya habis, puyuh cenderung kehilangan kemampuan terbangnya. Maka, kalau dikejutkan beberapa kali, burung puyuh gampang sekali ditangkap dengan tangan kosong.
Sriti yang sayapnya meruncing tajam dan langsing pada ujungnya bermanuver dengan kuat laiknya pesawat tempur. Burung kondor punya penyeimbang pada ujung sayap berupa bulu-bulu yang terkembang lebar. Alat keseimbangan ini seperti aileron pada pesawat terbang yang mengontrol gerakan memutar pesawat.
Seperti halnya pesawat terbang, kemudi mutlak diperlukan dalam penerbangan burung. Pada burung kemudi dimainkan oleh ekornya yang bebas bergerak naik-turun atau ke kiri dan ke kanan. Selain itu ekor memberi permukaan tambahan untuk membantu daya angkat dengan mengembangkan bulu-bulunya.
Ketika mau mendarat, burung harus mengurangi kecepatan terbangnya. Meluncur turun menjadi pilihan banyak burung. Tepat sebelum turun, sayap mengepak ke depan, ekor dikembangkan sebagai rem, dan kaki diturunkan seperti roda-roda pesawat untuk menahan dampak pendaratan. Camar laut mendarat dengan melebarkan sayapnya seperti parasut yang membuat turunnya jadi lambat dan lembut.
Dari pantat ke ekor
Tak cuma rambut kita, bulu burung pun mengalami kerontokan. Burung dewasa paling tidak "berganti baju" setahun sekali sesudah musim persarangan. Di negara empat musim burung bertukar bulu pada akhir musim panas. Meski banyak juga yang berganti bulu untuk kedua kalinya pada musim semi sehingga saat musim kawin datang, dandanan sudah oke.
Pinguin dan rangkong betina menanggalkan bulu secara serentak. Bulu pinguin didesak oleh bulu baru yang tumbuh dari bawah. Berhubung pinguin dasarnya memang tak butuh terbang, proses "ganti baju" ini tidak menimbulkan masalah. Lain halnya dengan Nyonya Rangkong, dia butuh kepahlawanan pejantannya untuk mencari sesuap nasi ketika dia hampir telanjang bulat tanpa bulu, dan harus selalu tinggal di sarangnya yang aman.
Sedangkan itik, angsa, dan burung air lain sempat mengalami masa tak dapat terbang saat berganti bulu. Untungnya, mereka tak terlalu tergantung pada sayapnya untuk mencari makan. Burung-burung yang selalu tergantung pada kemampuan terbang saat mencari makan dianugerahi taktik lain untuk mengantisipasi masa sulit ini. Mereka tidak menanggalkan bulunya secara serentak tetapi bertahap sehingga tidak sampai kehilangan kemampuan terbangnya.
Pergantian bulu terjadi mengikuti pola teratur yang berlangsung secara simetris dan lambat. Sering pola ini dimulai dari pantat ke kepala. Bulu utama - yaitu bulu besar, panjang, dan kaku yang ada pada sayap dan ekor - dirontokkan berpasang-pasangan. Sehelai dari sebelah kanan diikuti sehelai pasangannya dari sebelah kiri. Sementara itu bulu baru akan tumbuh. (Linda Elien P.M.)
© 1996 - 2000 Intisari Online
www.indomedia.com/intisari/
Bagaimana sepasang sayap mampu menyebabkan burung terbang mengangkasa melawan gravitasi Bumi?
Semua itu berkat peranan bulu-bulu pada sayap burung yang memungkinkannya terbang dengan efisien. Bobot bulu yang ringan dengan struktur kokoh jauh lebih praktis daripada misalnya "sayap" kelelawar yang berupa rentangan kulit.
Sayap burung benar-benar didesain untuk terbang. Bentuknya yang meruncing dan melengkung seperti sayap pesawat mempunyai tepi depan yang tebal dan tumpul serta tepi belakang yang menyempit seperti mata pisau. Bentuk seperti itu tidak asal dimiliki, tetapi mempunyai tujuan khusus.
Untuk mengatasi hambatan udara yang harus diterjang, bentuk sayap meruncing itu tepat sekali. Seperti kalau berenang di air, kita harus melawan hambatan air supaya bisa berenang maju. Juga seperti halnya ikan yang dikaruniai bentuk tubuh streamline untuk meminimalkan masalah ini.
Untuk melawan gravitasi Bumi, burung menciptakan daya angkat mengandalkan bentuk sayapnya yang melengkung. Bentuk melengkung menghasilkan permukaan atas lebih cembung dan permukaan bawah sedikit cekung atau malah rata sama sekali. Akibatnya, angin (udara) yang melewati tepi utama sayap serta permukaan atas mengalir lebih cepat daripada angin yang melewati permukaan bawah sayap.
Perbedaan kecepatan angin di bawah dan di atas sayap itu menghasilkan perbedaan tekanan udara. Tekanan udara pada permukaan atas lebih kecil sehingga terjadi aliran udara dari bawah permukaan ke atas permukaan sayap. Ini sesuai dengan hukum fisika yang menyatakan, angin bertekanan udara tinggi selalu mengalir ke tempat yang bertekanan udara lebih rendah. Itulah yang menyebabkan burung mempunyai daya angkat melawan gravitasi Bumi.
Ihwal gaya lepas landas burung itu macam-macam. Tapi apa pun gayanya, semua bertujuan sama untuk mencapai kekuatan maju yang diperlukan sebagai awal penerbangan. Beberapa burung melesat ke udara dengan membengkokkan kaki sembari mendorong tempatnya berpijak dan meloncat terbang.
Bak pesawat bermesin jet, bebek meluncur di air dan mendorong kakinya. Cara itu menghasilkan tenaga jet yang mendorong bebek melesat ke udara. Angsa berlari beberapa saat di atas air. Itik dan burung kuau terbang hampir vertikal dengan kecepatan tinggi. Burung elang dan nasar berlari cepat, burung laut meluncur dari tepi batu karang, dan burung kuntul merentangkan lehernya yang panjang.
Sukses lepas landas, burung mengudara dibarengi kepakan sayap. Sementara itu lengannya - bagian pangkal dari sayap - tetap digunakan untuk mensuplai daya angkat. Sisa sayap, yaitu bagian ujung yang dilengkapi bulu terbang, sebagai permukaan pengendali serta baling-baling. Ini sedikit berbeda dengan pesawat terbang yang baling-balingnya merupakan bagian terpisah dengan sayap.
Ketika burung mengepakkan sayap, baling-baling bergerak setengah lingkaran ke depan dan ke belakang. Pada kepakan ke atas, baling-baling bergerak ke arah belakang dan masing-masing bulu utamanya seolah-olah dipuntir sehingga menjadi bercelah-celah. Tujuannya untuk memudahkan udara lewat. Sedangkan pada kepakan ke bawah melawan hambatan udara, baling-baling bergerak ke muka sehingga burung terdorong maju. Pada saat yang bersamaan bulu-bulu utama yang semula bercelah-celah ditautkan satu sama lain membentuk permukaan yang rapat.
Terbang tanpa kepakan
Selain kepakan sayap, burung juga mengandalkan aksi meluncur dan membubung tinggi. Jika mau irit tenaga, meluncur adalah pilihan paling tepat. Seberapa jauh burung bisa meluncur ditentukan oleh gaya gravitasi dan keadaan udara. Setelah dua hal itu tidak memungkinkan untuk meluncur lagi, burung mau tidak mau harus berkepak lagi. Walet, undan, dan angsa meluncur dengan beberapa kepakan kuat disusul suatu luncuran. Kalau beruntung, kita bisa menonton pameran penerbangan yang hebat di mana pesawat bikinan manusia tidak ada yang berani mencobanya.
Di lembah yang sempit di antara barisan pegunungan, seekor elang meluncur dengan bulu utamanya yang kokoh seperti jari raksasa untuk mengimbangi arus udara yang tak menentu. Sesaat mau mendarat, kaki sang elang diturunkan, sayap yang mengembang diturunkan, bahu diangkat, burung meluncur turun sehingga seolah-olah tubrukan besar akan terjadi. Namun, tepat pada waktunya sistem "rem" burung mulai bekerja. Sayap ditekuk, ekor yang mengembang diturunkan, dan kakinya mengerem tubrukan. Selama beberapa kejap sayap dikembangkan tinggi-tinggi sampai akhirnya dilipat rapi.
Mungkin Anda pernah menyaksikan ala-alap terbang tinggi dan semakin tinggi padahal sayapnya tidak berkepak sama sekali. Itulah yang disebut terbang membubung. Terbang model ini menuntut burung harus pandai-pandai nebeng memanfaatkan naiknya arus udara yang disebut dengan termal.
Arus angin itu bergerak lurus dan hanya terjadi pada hari yang panas terik. Dari Bumi yang memanas timbul "pipa" angin yang naik ke atas yang disusul dengan angin dingin. Menjadi gelembung besar, angin panas yang naik sedemikian kuat sehingga alap-alap yang berputar-putar di dalamnya ikut naik tanpa harus mengepakkan sayap.
Bentuk sayap burung menentukan kemampuan terbangnya. Burung-burung bersayap panjang dan melengkung seperti camar laut, elang, albatros (kawan pelaut di kala cuaca baik dan juga pemakan bangkai), dan nasar adalah pakar dalam terbang meluncur dan membubung. Burung layang-layang yang terbangnya cepat mempunyai sayap yang sempit dan runcing.
Sedangkan puyuh yang sayapnya pendek dan lebar mampu lepas landas sangat cepat dan terbang dengan cepat pula beberapa saat. Setelah power terbangnya habis, puyuh cenderung kehilangan kemampuan terbangnya. Maka, kalau dikejutkan beberapa kali, burung puyuh gampang sekali ditangkap dengan tangan kosong.
Sriti yang sayapnya meruncing tajam dan langsing pada ujungnya bermanuver dengan kuat laiknya pesawat tempur. Burung kondor punya penyeimbang pada ujung sayap berupa bulu-bulu yang terkembang lebar. Alat keseimbangan ini seperti aileron pada pesawat terbang yang mengontrol gerakan memutar pesawat.
Seperti halnya pesawat terbang, kemudi mutlak diperlukan dalam penerbangan burung. Pada burung kemudi dimainkan oleh ekornya yang bebas bergerak naik-turun atau ke kiri dan ke kanan. Selain itu ekor memberi permukaan tambahan untuk membantu daya angkat dengan mengembangkan bulu-bulunya.
Ketika mau mendarat, burung harus mengurangi kecepatan terbangnya. Meluncur turun menjadi pilihan banyak burung. Tepat sebelum turun, sayap mengepak ke depan, ekor dikembangkan sebagai rem, dan kaki diturunkan seperti roda-roda pesawat untuk menahan dampak pendaratan. Camar laut mendarat dengan melebarkan sayapnya seperti parasut yang membuat turunnya jadi lambat dan lembut.
Dari pantat ke ekor
Tak cuma rambut kita, bulu burung pun mengalami kerontokan. Burung dewasa paling tidak "berganti baju" setahun sekali sesudah musim persarangan. Di negara empat musim burung bertukar bulu pada akhir musim panas. Meski banyak juga yang berganti bulu untuk kedua kalinya pada musim semi sehingga saat musim kawin datang, dandanan sudah oke.
Pinguin dan rangkong betina menanggalkan bulu secara serentak. Bulu pinguin didesak oleh bulu baru yang tumbuh dari bawah. Berhubung pinguin dasarnya memang tak butuh terbang, proses "ganti baju" ini tidak menimbulkan masalah. Lain halnya dengan Nyonya Rangkong, dia butuh kepahlawanan pejantannya untuk mencari sesuap nasi ketika dia hampir telanjang bulat tanpa bulu, dan harus selalu tinggal di sarangnya yang aman.
Sedangkan itik, angsa, dan burung air lain sempat mengalami masa tak dapat terbang saat berganti bulu. Untungnya, mereka tak terlalu tergantung pada sayapnya untuk mencari makan. Burung-burung yang selalu tergantung pada kemampuan terbang saat mencari makan dianugerahi taktik lain untuk mengantisipasi masa sulit ini. Mereka tidak menanggalkan bulunya secara serentak tetapi bertahap sehingga tidak sampai kehilangan kemampuan terbangnya.
Pergantian bulu terjadi mengikuti pola teratur yang berlangsung secara simetris dan lambat. Sering pola ini dimulai dari pantat ke kepala. Bulu utama - yaitu bulu besar, panjang, dan kaku yang ada pada sayap dan ekor - dirontokkan berpasang-pasangan. Sehelai dari sebelah kanan diikuti sehelai pasangannya dari sebelah kiri. Sementara itu bulu baru akan tumbuh. (Linda Elien P.M.)
© 1996 - 2000 Intisari Online
www.indomedia.com/intisari/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar